Senin, 08 Desember 2014

Rutin Membaca “Subhaana Rabbika Rabbil ‘Izzati…” di Tiap Akhir Do’a

Rutin Membaca “Subhaana Rabbika Rabbil ‘Izzati…” di Tiap Akhir Do’a

Tersebar di tengah-tengah masyarakat kita sebuah amalan membaca "Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati 'Ammaa Yashifuun..." (QS Ash-Shaaffaat : 180-182) di tiap-tiap akhir shalat, wirid atau majelis yang didasarkan pada sebuah hadits, bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

يَقُولُ فِي آخِرِ صَلَاتِهِ عِنْدَ انْصِرَافِهِ: " سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "

Beliau mengucapkan pada akhir shalat beliau sebelum beranjak, "Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin (Maha Suci Tuhanmu Yang Maha Mulia dari apa yang mereka shifatkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam)."

Bagaimana status hadits ini?

Hadits ini diriwayatkan dari beberapa jalan periwayatan yang berbeda-beda, dan dengan matan yang berbeda pula :

1. Abu Sa'iid Al-Khudriy -radhiyallahu 'anhu-

حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ، عَنْ أَبِي هَارُونَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ غَيْرَ مَرَّةٍ، يَقُولُ فِي آخِرِ صَلَاتِهِ عِنْدَ انْصِرَافِهِ : " سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "

Telah menceritakan kepada kami Husyaim, dari Abu Haaruun, dari Abu Sa'iid Al-Khudriy, ia berkata, aku mendengar Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam lebih dari sekali mengucapkannya pada akhir shalat beliau sebelum beranjak, "Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin (Maha Suci Tuhanmu Yang Maha Mulia dari apa yang mereka shifatkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam)."

[Al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah no. 3111]

Diriwayatkan pula oleh Abu Daawud Ath-Thayaalisiy (Musnad no. 2312); Abu Ya'laa (Musnad no. 1118); 'Abd bin Humaid (Musnad no. 954, 956); Abu Asy-Syaikh Al-Ashbahaaniy (Thabaqaat Al-Muhadditsiin no. 213; Qawaa'id Ibnu Hibbaan no. 119); Ibnus Sunniy ('Amalul Yaum wa Al-Lailah no. 120); Ath-Thabaraaniy (Ad-Du'aa no. 651); Al-Baihaqiy (Ad-Da'awaat Al-Kabiir no. 100); Ibnu 'Asaakir (Taariikh Dimasyq 71/273; Al-Arba'uun no. 57); Al-Khathiib Al-Baghdaadiy (Taariikh Baghdaad 15/175); Al-Waahidiy (Tafsiir Al-Wasiith 3/535), semua dari jalan Abu Haaruun Al-'Abdiy, dari Abu Sa'iid Al-Khudriy.

Sanad hadits ini sangat lemah. Cacat terletak pada Abu Haaruun.

- Abu Haaruun, 'Umaarah bin Juwain Al-'Abdiy. Al-Jauzajaaniy berkata "pendusta dan pemalsu", Ibnu Hajar berkata "matruuk, beberapa haditsnya adalah kedustaan, seorang syi'ah", An-Nasaa'iy berkata "matruukul hadiits", di riwayat lain ia berkata "tidak tsiqah dan tidak dicatat haditsnya", Abu Haatim berkata "dha'iif, lebih dha'iif dari Bisyr bin Harb", Abu Zur'ah berkata "dha'iif", Ahmad berkata "tidak ada apa-apanya", Yahyaa bin Ma'iin berkata "dia tidak jujur dalam haditsnya", Al-Bukhaariy berkata "ditinggalkan oleh Yahyaa Al-Qaththaan". [Al-Ahwaal Ar-Rijaal no. 142; Tahdziibul Kamaal no. 4178; Taqriibut Tahdziib no. 4874].

2. Zaid bin Arqam Al-Anshaariy -radhiyallahu 'anhu-

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ رِشْدِينَ الْمِصْرِيُّ، ثنا عَبْدُ الْمُنْعِمِ بْنُ بَشِيرٍ الأَنْصَارِيُّ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ الأَنَسِيُّ، مِنْ وَلَدِ أَنَسٍ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ أَرْقَمَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنِ النَّبِيِّ قَالَ: " مَنْ قَالَ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاةٍ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ، فَقَدِ اكْتَالَ بِالْجَرِيبِ الأَوْفَى مِنَ الأَجْرِ "

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Risydiin Al-Mishriy, telah menceritakan kepada kami 'Abdul Mun'im bin Basyiir Al-Anshaariy, telah menceritakan kepada kami 'Abdullaah bin Muhammad Al-Anasiy -salah seorang keturunan Anas-, dari 'Abdullaah bin Zaid bin Arqam, dari Ayahnya, dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda, "Barangsiapa yang di setiap akhir shalatnya mengucapkan Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin (Maha Suci Tuhanmu Yang Maha Mulia dari apa yang mereka shifatkan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam) sebanyak tiga kali, maka ia akan ditimbang dengan satu timbangan yang penuh dengan pahala."

[Al-Mu'jam Al-Kabiir no. 5124]

Diriwayatkan pula oleh Abu Nu'aim (Ma'rifatush Shahaabah no. 2995).

Hadits ini maudhuu'. Rawi-rawinya adalah orang-orang yang ditinggalkan hadits-haditsnya dan ada 2 orang yang tidak dikenal.

- Ahmad bin Risydiin, namanya adalah Ahmad bin Muhammad bin Al-Hajjaaj bin Risydiin bin Sa'd Abu Ja'far Al-Mishriy. Didustakan oleh Ibnu 'Adiy, ia berkata "aku mengingkari hal-hal yang diriwayatkannya, dan dia salah seorang yang dicatat haditsnya bersama dengan kedha'ifannya", Adz-Dzahabiy berkata "Ath-Thabaraaniy dan yang lainnya meriwayatkan hal-hal baathil darinya". [Al-Kaamil fiy Adh-Dhu'afaa' 1/326; Miizaanul I'tidaal 1/278].

- 'Abdul Mun'im bin Basyiir, Abu Al-Khair Al-Anshaariy Al-Mishriy. Seorang pendusta. Ibnu 'Adiy berkata "ia memiliki hadits-hadits mungkar", Ibnu Hibbaan berkata "munkarul hadiits jiddan, tidak boleh menjadikan haditsnya sebagai hujjah", Adz-Dzahabiy berkata "Ibnu Ma'iin menjarhnya", kemudian beliau membawakan riwayat dari Al-Khuttaliy yang mendengar dari Ibnu Ma'iin bahwa suatu hari Ibnu Ma'iin mendatangi 'Abdul Mun'im, kemudian Ibnu Ma'iin mengeluarkan dari catatannya sejumlah 200 hadits Abu Mauduud yang berisi hadits-hadits dusta, ia bertanya, "Wahai Syaikh, engkau mendengar yang seperti ini dari Abu Mauduud?" 'Abdul Mun'im menjawab, "Ya," Ibnu Ma'iin berkata, "Bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya ini adalah kedustaan," dan Ibnu Ma'iin tidak lagi mencatat apapun darinya. [Al-Kaamil fiy Adh-Dhu'afaa' 7/35; Miizaanul I'tidaal 4/419; Al-Mughniy no. 3858; Al-Majruuhiin hal. 158].

- 'Abdullaah bin Muhammad Al-Anasiy dan 'Abdullaah bin Zaid bin Arqam, keduanya majhuul dan tidak diketahui keadaannya.

3. Anas bin Maalik -radhiyallahu 'anhu-

أخبرني عبد الله بن فنجويه، عن إبن شنبه وأحمد بن جعفر بن حمدان والفضل بن الفضل قلوا : أخبرنا إسحاق بن إبراهيم بن بهرام الزنجاني، عن الحجاج بن يوسف بن قتيبة بن مسلم، عن بشر بن الحسين، عن الزبير بن عدي، عن أنس بن مالك قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلام : من سرّه أن يكال له بالقفيز الأوفى فليقل : ( سبحان اللَّهِ حِينَ تُمْسُونَ وَحِينَ تُصْبِحُونَ ... إلى قوله: وَكَذلِكَ تُخْرَجُونَ )، ( سُبْحانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ ... إلى قوله: وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ )

Telah mengkhabarkan kepada kami 'Abdullaah bin Funjawaih, dari Ibnu Syunabih, Ahmad bin Ja'far bin Hamdaan dan Al-Fadhl bin Al-Fadhl, mereka berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim bin Bahraam Az-Zanjaaniy, dari Al-Hajjaaj bin Yuusuf bin Qutaibah bin Muslim, dari Bisyr bin Al-Husain, dari Az-Zubair bin 'Adiy, dari Anas bin Maalik, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapapun yang ingin dirinya ditimbang dengan satu takaran penuh (pahala), maka hendaklah ia membaca Subhaanallaahi hiina tumsuuna wa hiina tushbihuun (bertasbihlah kepada Allah di waktu kamu berada di sore hari dan waktu kamu berada di waktu subuh), hingga firmanNya, wa kadzaalika tukhrajuun (dan seperti itulah kelak kamu dikeluarkan (dari kubur)) [QS Ar-Ruum : 17-19], kemudian Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati 'ammaa yashifuun (Maha Suci Tuhanmu Yang Maha Mulia dari apa yang mereka shifatkan), hingga firmanNya, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin (dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam) [QS Ash-Shaaffaat : 180-182]."

[Al-Kasyf wa al-Bayaan 7/298]

Hadits ini maudhuu'. Bisyr bin Al-Husain dituduh berdusta dan ia ditinggalkan.

- Bisyr bin Al-Husain, Abu Muhammad Al-Ashbahaaniy. Al-Bukhaariy berkata "fiihi nazhar (perlu diteliti ulang)", Ad-Daaruquthniy berkata "matruuk" (didalam Al-Lisaan, beliau berkata "meriwayatkan hal-hal baathil dari Az-Zubair bin 'Adiy"), Ibnu 'Adiy berkata "semua haditsnya tidak mahfuuzh", Abu Haatim berkata "berdusta atas nama Az-Zubair", Abu Ahmad Al-Haakim berkata "hadits-haditsnya tidak tegak", Ibnul Jaaruud berkata "dha'iif". [Al-Kaamil fiy Adh-Dhu'afaa' 2/161; Miizaanul I'tidaal 2/26; Lisaanul Miizaan no. 74].

4. 'Abdullaah bin 'Abbaas -radhiyallahu 'anhuma-

حَدَّثَنَا عُبَيْدٌ الْعِجْلُ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ حَرْبٍ النَّشَائِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُبَيْدِ بْنِ عُمَيْرٍ، عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كُنَّا نَعْرِفُ انْقِضَاءَ صَلاةِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلام بِقَوْلِهِ: " سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "

Telah menceritakan kepada kami 'Ubaid Al-'Ijl, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Harb An-Nasyaa'iy, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yaziid, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdillaah bin 'Ubaid bin 'Umair, dari 'Amr bin Diinaar, dari Ibnu 'Abbaas -radhiyallahu 'anhu-, ia berkata, kami dahulu mengetahui berakhirnya shalat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam dengan ucapan beliau, "Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin."

[Ad-Du'aa Ath-Thabaraaniy no. 652] - Dikeluarkan pula dalam Al-Mu'jam Al-Kabiir 11/115.

Sanad hadits ini sangat lemah karena Muhammad bin 'Abdillaah bin 'Ubaid.

- Muhammad bin 'Abdillaah bin 'Ubaid bin 'Umair Al-Laitsiy Al-Makkiy, dikenal dengan laqab Muhammad Al-Muharram. Adz-Dzahabiy berkata "ditinggalkan dan disepakati atas kedha'ifannya", Al-Bukhaariy berkata "tidak kuat" (didalam Al-Lisaan, beliau berkata "munkarul hadiits"), Yahyaa bin Ma'iin berkata "dha'iif", An-Nasaa'iy dan Ad-Daaruquthniy berkata "matruuk", didalam riwayat lain An-Nasaa'iy berkata "tidak tsiqah dan tidak dicatat haditsnya", Ibnu Mahdiy berkata "termasuk golongan manusia pendusta". [Diiwaan Adh-Dhu'afaa' no. 3787; Adh-Dhu'afaa' Al-'Uqailiy no. 1653; Lisaanul Miizaan no. 756]

5. Ummu Salamah Hind binti Abu Umayyah -radhiyallahu 'anha-

حدثنا أحمد بن إسحاق ثنا عبد الله بن محمد بن عيسى ثنا محمد بن عامر ثنا محمد بن أبان العنبري ثنا سفيان الثوري عن هشام بن حسان عن حفصة بنت سيرين عن أم الحسن عن أم سلمة زوج النبي صلى الله عليه وسلم قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " إذا حضرت الميت فقل " سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين "

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ishaaq, telah menceritakan kepada kami 'Abdullaah bin Muhammad bin 'Isaa, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Aamir, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abaan Al-'Anbariy, telah menceritakan kepada kami Sufyaan Ats-Tsauriy, dari Hisyaam bin Hassaan, dari Hafshah binti Siiriin, dari Ummul Hasan, dari Ummu Salamah -istri Nabi Shallallaahu 'alaihi wasallam-, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Jika kalian menghadiri mayit (melayat, -pent) maka ucapkanlah Subhaana Rabbika Rabbil 'Izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin."

[Hilyatul Auliyaa' 2/173-174]

Sanad hadits ini lemah.

- Muhammad bin Abaan Al-'Anbariy, seorang yang majhuul. Namanya disebutkan di Al-Jarh wa At-Ta'diil 7/200 tanpa ada jarh maupun ta'diil atasnya, demikian perkataan Syaikh Al-Albaaniy [Silsilatu Adh-Dha'iifah no. 6462].

- Ummul Hasan, namanya adalah Khairah, maula Ummu Salamah, ibunda Al-Hasan Al-Bashriy. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat 4/216. Meriwayatkan darinya kedua putranya yaitu Al-Hasan dan Sa'iid juga para perawi tsiqah lainnya (seperti Hafshah binti Siiriin dan Mu'aawiyah bin Qurrah). Riwayatnya dipakai oleh Muslim dan Ashhabus Sunan. [Silsilatu Adh-Dha'iifah no. 6462; Tahdziibul Kamaal no. 7832]. Oleh karena itu status Ummul Hasan minimal adalah shaduuq hasanul hadiits.

Hadits diatas menyelisihi riwayat mauquuf yang diriwayatkan dari Ummul Hasan dari Ummu Salamah tanpa menyebutkan QS Ash-Shaaffaat ayat 180-182 secara utuh, dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah :

حدثنا ابن علية عن هشام عن حفصة بنت سيرين عن أم الحسن قالت كنت عند أم سلمة أنظر في رأسها فجاء إنسان فقال فلان في الموت فقالت لها انطلقي فإذا احتضر فقولي : السلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين .

Telah menceritakan kepada kami Ibnu 'Ulayyah, dari Hisyaam, dari Hafshah binti Siiriin, dari Ummul Hasan, ia berkata, aku sedang berada di sisi Ummu Salamah dan melihat pada kepalanya, kemudian datanglah seseorang, ia berkata, Fulaan sedang berada dalam sakaratul maut. Ummu Salamah mengatakan, "Jika sakaratul maut telah datang kepadanya, maka ucapkanlah dengannya, assalaamu 'alal mursaliin walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin (kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul, dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam)."

[Al-Mushannaf 3/236].

Sanad hadits ini mauquuf hasan. Para perawinya adalah para perawi Ash-Shahiihain kecuali Ummul Hasan, telah lewat penjelasannya.

Diriwayatkan pula oleh 'Abdurrazzaaq (Al-Mushannaf no. 6052).

Oleh karena itu hadits pertama yang marfuu' adalah mungkar, dan yang mahfuuzh adalah mauquuf. Allaahu a'lam.

6. 'Aliy bin Abi Thaalib -radhiyallahu 'anhu-

عَنِ ابْنِ عُيَيْنَةَ، عَنْ أَبِي حَمْزَةَ الثُّمَالِيِّ، عَنِ
الأَصْبَغِ بْنِ نُبَاتَةَ، قَالَ: قَالَ عَلِيٌّ: " مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الأَوْفَى فَلْيَقُلْ عِنْدَ فُرُوغِهِ مِنْ صَلاتِهِ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَا يَصِفُونَ وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "

Dari Ibnu 'Uyainah, dari Abu Hamzah Ats-Tsumaliy, dari Al-Ashbagh bin Nubaatah, ia berkata, 'Aliy berkata, "Barangsiapa yang ingin mendapatkan pahala yang sempurna maka hendaklah ia membaca ketika ia menyelesaikan shalatnya : Subhaana Rabbika Rabbil 'izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin."

[Al-Mushannaf 'Abdurrazzaaq 2/236]

Diriwayatkan pula oleh Abu Nu'aim (Hilyatul Auliyaa' 7/123); Ats-Tsa'labiy (Al-Kasyf wa Al-Bayaan 8/174); Al-Baghawiy (Ma'aalim At-Tanziil 7/66), semua dari jalan Al-Ashbagh, dari 'Aliy, secara mauquuf.

Hadits ini sangat lemah bahkan ia adalah hadits maudhuu'.

- Al-Ashbagh bin Nubaatah bin Al-Haarits bin 'Amr, Abul Qaasim Al-Tamiimiy Al-Hanzhaliy Al-Kuufiy. Seorang yang matruuk dan ditinggalkan haditsnya. Jariir bin 'Abdul Hamiid berkata "Al-Mughiirah (bin Miqsam, -pent) tidak memperdulikan hadits-hadits Al-Ashbagh", Abu Bakr bin 'Ayyaasy berkata "Al-Ashbagh adalah pendusta", Ibnu Hibbaan berkata "matruuk, ia berlebih-lebihan dalam kecintaannya kepada 'Aliy", Ibnu Ma'iin dalam suatu riwayat berkata "tidak tsiqah", dalam riwayat lain ia berkata "tidak ada apa-apanya", Al-'Uqailiy berkata "ia mengatakan Ar-Raj'ah (*)", An-Nasaa'iy berkata "matruukul hadiits", Abu Haatim berkata "layyinul hadiits", Ibnu Hajar berkata "matruuk, tertuduh beraliran rafidhah." Dipakai oleh Ibnu Maajah dalam Sunannya. [Miizaanul I'tidaal 1/436; Taqriibut Tahdziib no. 537]

(*) Ar-Raj'ah adalah salah satu dari 'aqidah baathil syi'ah ekstrim dimana mereka berkeyakinan Al-Mahdiy Al-Qaa'im (Imam Mahdiy versi syi'ah) akan muncul ke dunia kemudian ia akan membangkitkan imam-imam syi'ah termasuk diantaranya membangkitkan Abu Bakr dan 'Umar untuk kemudian keduanya akan dihukum oleh imam-imam syi'ah tersebut. [Awaa'il Al-Maqaalaat karya Al-Mufiid hal. 51 dan 95]

7. Asy-Sya'biy -rahimahullah-

حَدَّثَنَا عَمَّارُ بْنُ خَالِدٍ الْوَاسِطِيُّ، حَدَّثَنَا شَبَابَةُ، عَنْ يُونُسَ بْنِ أَبِي إِسْحَاقَ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: " مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَكْتَالَ بِالْمِكْيَالِ الْأَوْفَى مِنَ الْأَجْرِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلْيَقُلْ آخِرَ مَجْلِسِهِ حِينَ يُرِيدُ أَنْ يَقُومَ: سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ "

Telah menceritakan kepada kami 'Ammaar bin Khaalid Al-Waasithiy, telah menceritakan kepada kami Syabaabah, dari Yuunus bin Abu Ishaaq, dari Asy-Sya'biy, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang ingin mendapatkan pahala yang sempurna pada hari kiamat, maka hendaklah ia membaca pada akhir majelis ketika ia hendak berdiri : Subhaana Rabbika Rabbil 'izzati 'ammaa yashifuun, wa salaamun 'alal mursaliin, walhamdulillaahi Rabbil 'aalamiin."

[Tafsiir Ibnu Abi Haatim no. 18322]

Sanadnya shahiih atau hasan hingga Asy-Sya'biy, dan ia adalah hadits mursal. Asy-Sya'biy adalah seorang tabi'in oleh karena itu sudah pasti ia tidak pernah bertemu dengan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam.

- Yuunus bin Abu Ishaaq 'Amr bin 'Abdillaah As-Sabii'iy, Abu Israa'il Al-Hamdaaniy Al-Kuufiy. Putra Abu Ishaaq As-Sabii'iy. Ibnu Mahdiy berkata "tidak ada yang salah dengannya", Ahmad mendha'ifkan haditsnya dari ayahnya, dalam riwayat lain ia berkata "haditsnya mudhtharib", Ibnu Ma'iin mentsiqahkannya, Abu Haatim berkata "ia orang jujur kecuali bahwa haditsnya tidak dijadikan hujjah", An-Nasaa'iy berkata "laisa bihi ba's", Zakariyaa As-Saajiy berkata "shaduuq", Abu Ahmad Al-Haakim berkata "kemungkinan keliru dalam riwayat-riwayatnya", Ibnu Hajar berkata "shaduuq, melakukan sedikit kekeliruan". Al-Bukhaariy memakainya dalam Al-Qiraa'ah, kemudian Muslim dan Ashhaabus Sunan. [Tahdziibut Tahdziib no. 10760; Taqriibut Tahdziib no. 7899]. Syaikh Al-Albaaniy setelah membawakan kalam Ibnu Hajar, beliau memberikan perincian, "akan tetapi tidak ada yang menyebutkan bahwa dia mendengar dari ayahnya sebelum ikhtilaath, bahkan Ahmad mendha'ifkan haditsnya dari ayahnya." [Silsilatu Adh-Dha'iifah no. 6530]. Oleh karena itu, Yuunus shaduuq hasanul hadiits selama ia tidak membawakan riwayat dari ayahnya, Abu Ishaaq.

*****
Kesimpulan :

Setelah melihat semua jalan periwayatan diatas, riwayat-riwayat yang ada adalah sangat lemah bahkan banyak diantaranya adalah riwayat palsu yang walaupun ia diriwayatkan dari banyak jalan, ia tidak bisa saling menguatkan karena faktor para perawinya yang tergolong para perawi matruuk dan pendusta. Sanad riwayat yang paling baik adalah dari Ummu Salamah, namun ia hanya mauquuf dan pembahasan haditsnya adalah seputar jenazah, bukan pada akhir do'a, akhir shalat atau akhir majelis. Lalu ada sanad Asy-Sya'biy yang juga shahih atau hasan namun ia adalah hadits mursal dan hadits mursal tidak bisa dijadikan sebagai hujjah menurut pendapat yang lebih kuat.

Maka didapat kesimpulan akhir bahwa membaca "Subhaana Rabbika Rabbil 'izzati...(hingga akhir ayat) [QS Ash-Shaaffaat : 180-182]" pada akhir shalat, akhir do'a atau akhir majelis adalah amalan yang tidak disyari'atkan dan tidak benar berasal dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam karena dalil-dalilnya adalah hadits-hadits yang sangat lemah dan palsu sehingga ia tidak bisa dijadikan hujjah.

Kita telah memiliki hadits-hadits yang berderajat shahih dan hasan yang bisa digunakan sebagai dalil dalam masalah ini, contoh yaitu ketika mengakhiri majelis, maka disyari'atkan membaca do'a kaffaratul majelis berdasarkan riwayat berikut :

أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَهْلِ بْنِ عَسْكَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي مَرْيَمَ، قَالَ: أخْبَرَنَا خَلادُ بْنُ سُلَيْمَانَ، قَالَ: حَدَّثَنِي خَالِدُ بْنُ أَبِي عِمْرَانَ، عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: مَا جَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَجْلِسًا قَطُّ، وَلا تَلا قُرْآنًا، وَلا صَلَّى صَلاةً إِلا خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِسًا، وَلا تَتْلُو قُرْآنًا، وَلا تُصَلِّي صَلاةً إِلا خَتَمْتَ بِهَؤُلاءِ الْكَلِمَاتِ؟ قَالَ: " نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْرًا خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرًّا كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ، لا إِلَهَ إِلا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ "

Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Sahl bin 'Askar, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Maryam, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Khalaad bin Sulaimaan, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Khaalid bin Abu 'Imraan, dari 'Urwah bin Az-Zubair, dari 'Aaisyah -radhiyallahu 'anha-, ia berkata, tidaklah Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam duduk pada suatu majelis, dan tidaklah beliau membaca Al-Qur'an dan tidak pula beliau shalat kecuali beliau menutupnya dengan beberapa kalimat. 'Aaisyah melanjutkan, aku bertanya kepada beliau, "Wahai Rasulullah, aku melihatmu dan tidaklah kau duduk pada suatu majelis, tidak juga membaca Al-Qur'an dan tidak juga shalat kecuali engkau menutupnya dengan beberapa kalimat?" Rasulullah bersabda, "Benar (wahai 'Aaisyah), barangsiapa yang berkata baik maka kalimat penutupnya itu sebagai tanda kebaikan untuknya, dan barangsiapa berkata buruk maka kalimat tersebut akan menjadi kaffarah, (kalimat itu adalah) Subhanaaka wa bihamdika laa ilaaha illaa anta, astaghfiruka wa atuubu ilaik (Maha Suci Engkau dan segala pujian bagiMu, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, aku mohon ampunan dan bertaubat kepadaMu)."

[Sunan Al-Kubraa An-Nasaa'iy no. 10067]

Hadits dengan jalan ini adalah yang paling shahih dari jalan-jalan yang lain yang kesemuanya mempunyai 'illat dan kelemahan tersembunyi. Dishahihkan oleh Syaikh Muqbil Al-Waadi'iy (Shahiihul Musnad no. 1619); Syaikh Al-Albaaniy (Takhriij Al-Misykah no. 2385). Dan dihasankan oleh Al-Haafizh Ibnu Hajar Al-'Asqalaaniy (An-Nukat 2/734).
Hadits ini menjadi dalil yang tegas dianjurkannya membaca do'a kaffaratul majelis ketika mengakhiri majelis, selesai membaca Al-Qur'an ataupun ketika selesai shalat dan berdo'a, dan hal ini menjadi sunnah yang telah dilupakan oleh kaum muslimin. Oleh karena itu sudah sepantasnya bagi setiap muslim yang mengaku mencintai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam untuk beralih kepada dalil-dalil yang sudah jelas akan keshahihannya dan tidak menengok dalil-dalil yang sangat lemah apalagi palsu.

Maraji' : "Silsilatu Ahaadiitsu Adh-Dha'iifah wal Maudhuu'ah", karya Syaikh Al-Albaaniy, maktabah Al-Ma'aarif Ar-Riyaadh, edisi e-book. Dengan penambahan seperlunya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar