Seorang sahabat bertanya tentang tuduhan 3 fase kehidupan Imam al Asy’ary. Berikut tanggapan untuk hal tersebut.
IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARY DAN SYUBHAT 3 FASE
Salah satu syubhat yang sering disampaikan oleh kelompok Wahhabi terkait Imam Abul Hasan al Asy’ari adalah syubhat 3 marhalah (fase). Diceritakan bahwa dalam hidupnya Imam al Asy’ari mengalami 3 fase :
1) Fase I’tizal (mengikuti aliran mu’tazilah). Ini hingga beliau berusia 40 tahun.
2) Fase mengikuti Imam Abdullah ibn Said ibn Kullab
3) Fase mengikuti ahlus sunnah wal jamaah. Hal ini menurut Wahhabi ditunjukkan oleh kitab beliau al Ibanah fi Ushulid Diyanah.
IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARY DAN SYUBHAT 3 FASE
Salah satu syubhat yang sering disampaikan oleh kelompok Wahhabi terkait Imam Abul Hasan al Asy’ari adalah syubhat 3 marhalah (fase). Diceritakan bahwa dalam hidupnya Imam al Asy’ari mengalami 3 fase :
1) Fase I’tizal (mengikuti aliran mu’tazilah). Ini hingga beliau berusia 40 tahun.
2) Fase mengikuti Imam Abdullah ibn Said ibn Kullab
3) Fase mengikuti ahlus sunnah wal jamaah. Hal ini menurut Wahhabi ditunjukkan oleh kitab beliau al Ibanah fi Ushulid Diyanah.
Asumsi ini mengandung 3 tuduhan :
1) Imam al Asy’ari mengalami 3 fase (yang terkenal dalam sejarah hanya 2 fase).
2) Imam Abdullah ibn Said ibn Kullab bukan ahlus sunnah (padahal beliau dikenal sebagai tokoh ahlus sunnah).
3) Kitab al Ibanah mengikuti madzhab wahhabi.
Pertama : Imam al Asy’ary adalah ulama’ terkenal dan masyhur, dan semua kitab sejarah yang terkenal hanya menyebutkan 2 fase pemikiran beliau sebagaimana dalam kitab Tabyin Kidzbil Muftary mengutip dari murid beliau Imam Ibnu Faurok (hal. 127), Ibn Khollikan dalam Wafayatul A’yan (3/284), adz Dzahaby dalam Siyar A’lamin Nubala’ (15/89), Ibn Kholdun (hal. 853), Hal yang sama juga disebutkan dalam Tarikh Baghdad karya al Baghdady, Thobaqotus Syafiiyyah karya as Subki, Thoboqotus Syafiiyyah karya Ibn Qodli Syuhbah, Thoboqotus Syafiiyyah karya al Isnawi, Syadzarotudz Dzahab karya Ibnul Imad, al Kamil fit Tarikh karya Ibnul Atsir, Tartibul Madarik karya Qodli Iyadl, ad Dibajul Mudzahhab karya Ibnu Farhun dan Mir-atul Janan karya al Yafii.
Kedua : murid murid Imam Abul Hasan al Asy’ari seperti al Baqillani, Ibnu Faurok, al Qoffal asy Syasyi, Abu Ishaq asy Syairozi dan Abu Bakr al Bayhaqi dalam karya karya mereka tak pernah menyebut 3 fase, namun hanya 2 fase. Seandainya ada 3 fase maka semestinya murid Imam al Asy’ari akan menceritakan hal tersebut.
Jadi dari mana sumber isu 3 fase ini ?
Sumbernya adalah dari pembacaan terhadap kitab al Ibanah an Ushulid Diyanah yang dianggap karya terakhir al Asy’ari. Dalam karya ini al Asy’ari menempuh metode salaf dalam memaknai ayat mutasyabihat, yakni dengan tafwidl (memasrahkan makna kata kepada Allah. Cara ini misalnya dipakai oleh penulis Tafsir Jalalain dalam memaknai huruf muqottho’at seperti alif laam miim dan sebagainya).
Dalam hal ini perlu kita lihat apakah Imam al Asy’ari dalam kitab al Ibanah bertentangan dengan madzhab Ibnu Kullab, al Karobisi, al Harits al Muhasiby dan lainnya ? Dalam hal ini kita juga perlu mengenal siapakah Abdullah ibn Said Ibn Kullab yang dituduh kelompok wahhabi sebagai bukan ahlus sunnah.
Hal ini akan dibahas pada status berikutnya. In-syaalLoh.
(sebagian besar didasarkan pada Risalah Syubhatul Athwarits Tsalatsah karya Fawzi al Anjazy)
1) Imam al Asy’ari mengalami 3 fase (yang terkenal dalam sejarah hanya 2 fase).
2) Imam Abdullah ibn Said ibn Kullab bukan ahlus sunnah (padahal beliau dikenal sebagai tokoh ahlus sunnah).
3) Kitab al Ibanah mengikuti madzhab wahhabi.
Pertama : Imam al Asy’ary adalah ulama’ terkenal dan masyhur, dan semua kitab sejarah yang terkenal hanya menyebutkan 2 fase pemikiran beliau sebagaimana dalam kitab Tabyin Kidzbil Muftary mengutip dari murid beliau Imam Ibnu Faurok (hal. 127), Ibn Khollikan dalam Wafayatul A’yan (3/284), adz Dzahaby dalam Siyar A’lamin Nubala’ (15/89), Ibn Kholdun (hal. 853), Hal yang sama juga disebutkan dalam Tarikh Baghdad karya al Baghdady, Thobaqotus Syafiiyyah karya as Subki, Thoboqotus Syafiiyyah karya Ibn Qodli Syuhbah, Thoboqotus Syafiiyyah karya al Isnawi, Syadzarotudz Dzahab karya Ibnul Imad, al Kamil fit Tarikh karya Ibnul Atsir, Tartibul Madarik karya Qodli Iyadl, ad Dibajul Mudzahhab karya Ibnu Farhun dan Mir-atul Janan karya al Yafii.
Kedua : murid murid Imam Abul Hasan al Asy’ari seperti al Baqillani, Ibnu Faurok, al Qoffal asy Syasyi, Abu Ishaq asy Syairozi dan Abu Bakr al Bayhaqi dalam karya karya mereka tak pernah menyebut 3 fase, namun hanya 2 fase. Seandainya ada 3 fase maka semestinya murid Imam al Asy’ari akan menceritakan hal tersebut.
Jadi dari mana sumber isu 3 fase ini ?
Sumbernya adalah dari pembacaan terhadap kitab al Ibanah an Ushulid Diyanah yang dianggap karya terakhir al Asy’ari. Dalam karya ini al Asy’ari menempuh metode salaf dalam memaknai ayat mutasyabihat, yakni dengan tafwidl (memasrahkan makna kata kepada Allah. Cara ini misalnya dipakai oleh penulis Tafsir Jalalain dalam memaknai huruf muqottho’at seperti alif laam miim dan sebagainya).
Dalam hal ini perlu kita lihat apakah Imam al Asy’ari dalam kitab al Ibanah bertentangan dengan madzhab Ibnu Kullab, al Karobisi, al Harits al Muhasiby dan lainnya ? Dalam hal ini kita juga perlu mengenal siapakah Abdullah ibn Said Ibn Kullab yang dituduh kelompok wahhabi sebagai bukan ahlus sunnah.
Hal ini akan dibahas pada status berikutnya. In-syaalLoh.
(sebagian besar didasarkan pada Risalah Syubhatul Athwarits Tsalatsah karya Fawzi al Anjazy)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar