Belajar dari Generasi Awal
Assalamualaikum wr.wb.
Dalam sejarah kehidupan generasi awal Islam, banyak kita temui kisah-kisah tentang kelembutan hati dimana mereka sering menangis ketika membaca dan mendengarkan Al-Qur’an. Hati mereka begitu mudah tersentuh karena keimanan yang telah begitu kuat mengakar di dalam dada. Berikut ini beberapa kisah tentang figur-figur itu:
1. Abu Bakar Ash-Shidiq Radhiallahu Anhu
Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya bahwa ketika sakit Rasulullah shalallahu alaihi wa salam semakin keras, beliau ditanya tentang shalat. Lalu beliau menjawab, “Suruhlah Abu Bakar mengimami orang-orang.”.
Aisyah berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang yang sangat lembut. Bila dia membaca Al-Qur’an maka dia tidak kuasa menahan tangis.” Lalu Nabi shalallahu alaihi wa salam berkata, “Suruhlah dia mengimami shalat.” Lalu Aisyah mengulangi perkataannya. Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam pun berkata, “Suruh dia mengimami shalat. Sesungguhnya kalian (seperti) pengikut Yusuf.”
2. Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu
Abdullah bin Syidad berkata, “Aku mendengar tangisan sedu sedan Umar saat aku di barisan belakang, yaitu ketika dia membaca, ‘Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku’.” (HR Bukhari)
Diriwayatkan dari Ubaid bin Umair, ia berkata, “Umar mengimami kami shalat Subuh, lalu dia membaca surat Yusuf pada rakaat pertama. Ketika sampai pada ayat, ‘Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)’ (QS Yusuf: 84) beliau menangis hingga berhenti lalu ruku’”
3. Abdurrahman bin Auf Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ibrahim, dia berkata, “Abdurrahman bin Auf diberi makan malam saat dia berpuasa. Lalu dia membaca firman Allah swt “Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan adzab yang pedih.’ (QS Al-Muzammil: 12-13)
Setelah itu dia terus-menerus menangis hingga makan malamnya dibereskan, sedangkan (siang harinya) dia benar-benar puasa.”
4. Aisyah Radhiallahu Anha
Diriwayatkan dari Qasim (keponakan Aisyah), ia berkata, “Apabila aku pergi pada pagi hari maka aku selalu memulai keberangkatanku dari rumah Aisyah untuk mengucapkan salam kepadanya. Pada suatu hari aku pergi dan ternyata dia sedang berdiri sambil membaca tasbih dan ayat, "Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka." (Qs. Ath-Thuur: 27)
Dia berdoa, menangis, dan mengulang-ulang ayat tersebut. Lalu aku berdiri hingga aku jenuh berdiri. Lalu aku pergi ke pasar untuk mencari kebutuhanku. Ketika aku kembali, ternyata Aisyah Radhiallahu Anha masih berdiri seperti semula sambil melakukan shalat dan menangis.”
5. Abu Hurairah Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Sulaiman bin Muslim bin Jammaz, “Aku mendengar Abu Ja’far berkata kepada kami tentang bacaan Abu Hurairah radhiallahu anhu pada ayat,
“Apabila matahari digulung.” (Qs At-Takwiir:1)
Beliau sangat tersayat hatinya ketika mendengar ayat tersebut, hingga terkadang menangis dengan ratapan.
6. Abdullah bin Rawahah Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Qais bin Abu Hazim, ia berkata, “Abdullah bin Rawahah menangis, lalu istrinya ikut menangis. Lalu dia bertanya kepada istrinya, ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Istrinya menjawab, ‘Aku melihatmu menangis maka aku pun ikut menangis.’ Dia kemudian berkata, ‘Aku teringat dengan ayat ini,
“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu.” (Qs Maryam: 71).
Aku tahu bahwa aku pasti akan memasuki neraka, tetapi aku tidak tahu apakah aku akan selamat dari neraka.’
7. Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Qasim bin Abu Bazzah, ia berkata, “Aku diberitahu oleh orang yang mendengar Ibnu Umar radhiallahu anhu membaca ayat,
‘Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?’ (Qs. Al Muthaffifiin: 1-6)
Ibnu Umar lalu menangis hingga tersungkur, dan setelah itu ia enggan untuk membaca ayat tersebut.”
8. Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dia berkata, “Aku menemani Ibnu Abbas radhiallahu anhu dari Mekah ke Madinah. Jika singgah di suatu tempat maka dia selalu bangun pada separuh malam.” Lalu Ayyub bertanya kepadanya, “Bagaimana bacaannya?” Abdullah menjawab,”Dia membaca,
‘Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.’ (Qs. Qaaf: 19)
Dia membacanya dengan tartil dan sering menangis terisak-isak.
9. Umar bin Abdul Aziz
Diriwayatkan dari Ibnu Abi Dzaib, ia berkata, “Aku diberitahu oleh seseorang yang sempat menyaksikan Umar bin Abdul Aziz sebagai gubernur Madinah, bahwa seorang laki-laki membacakan ayat ini kepadanya,
‘Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka disana mengharapkan kebinasaan. (Qs. Al-Furqaan: 13)
Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis hingga tidak dapat mengendalikan tangisnya dan isakannya pun menjadi keras. Lalu dia berdiri dari tempat duduknya dan masuk ke rumah.”
10. Hasan Al-Bashri
Diriwayatkan dari Salam bin Abu Muthi’, ia berkata, “Hasan diberi segelas air untuk berbuka puasa. Ketika dia mendekatkan air itu ke mulutnya, dia menangis dan berkata, ‘Aku ingat harapan besar dari para penghuni neraka dan ucapan mereka, “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu.’ Aku pun teringat jawabannya kepada mereka,
‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.” (QS Al-A’raaf: 50)
11. Abu Hanifah
Muhammad bin sama’ah meriwayatkan dari Muhammad bin Hasan, dari Qasim bin Ma’an, bahwa Abu Hanifah bangun malam sambil mengulang-ulang firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Sebenarnya hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Qs. Al-Qomar: 46).
Dia menangis dan tadharru’ (merendahkan diri) hingga Subuh.
Demikianlah kisah pribadi-pribadi itu, yang mencerminkan kondisi jiwa mereka yang takut akan kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala, kisah yang merupakan cerminan dari kejujuran hati yang dipenuhi cahaya keimanan. Semoga kita bisa menjadikannya sebagai teladan.
Assalamualaikum wr.wb.
Dalam sejarah kehidupan generasi awal Islam, banyak kita temui kisah-kisah tentang kelembutan hati dimana mereka sering menangis ketika membaca dan mendengarkan Al-Qur’an. Hati mereka begitu mudah tersentuh karena keimanan yang telah begitu kuat mengakar di dalam dada. Berikut ini beberapa kisah tentang figur-figur itu:
1. Abu Bakar Ash-Shidiq Radhiallahu Anhu
Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya bahwa ketika sakit Rasulullah shalallahu alaihi wa salam semakin keras, beliau ditanya tentang shalat. Lalu beliau menjawab, “Suruhlah Abu Bakar mengimami orang-orang.”.
Aisyah berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar adalah orang yang sangat lembut. Bila dia membaca Al-Qur’an maka dia tidak kuasa menahan tangis.” Lalu Nabi shalallahu alaihi wa salam berkata, “Suruhlah dia mengimami shalat.” Lalu Aisyah mengulangi perkataannya. Nabi Shalallahu Alaihi wa Salam pun berkata, “Suruh dia mengimami shalat. Sesungguhnya kalian (seperti) pengikut Yusuf.”
2. Umar bin Khattab Radhiallahu Anhu
Abdullah bin Syidad berkata, “Aku mendengar tangisan sedu sedan Umar saat aku di barisan belakang, yaitu ketika dia membaca, ‘Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku’.” (HR Bukhari)
Diriwayatkan dari Ubaid bin Umair, ia berkata, “Umar mengimami kami shalat Subuh, lalu dia membaca surat Yusuf pada rakaat pertama. Ketika sampai pada ayat, ‘Dan kedua matanya menjadi putih karena kesedihan dan dia adalah seorang yang menahan amarahnya (terhadap anak-anaknya)’ (QS Yusuf: 84) beliau menangis hingga berhenti lalu ruku’”
3. Abdurrahman bin Auf Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Ibrahim, dia berkata, “Abdurrahman bin Auf diberi makan malam saat dia berpuasa. Lalu dia membaca firman Allah swt “Karena sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang bernyala-nyala, dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan adzab yang pedih.’ (QS Al-Muzammil: 12-13)
Setelah itu dia terus-menerus menangis hingga makan malamnya dibereskan, sedangkan (siang harinya) dia benar-benar puasa.”
4. Aisyah Radhiallahu Anha
Diriwayatkan dari Qasim (keponakan Aisyah), ia berkata, “Apabila aku pergi pada pagi hari maka aku selalu memulai keberangkatanku dari rumah Aisyah untuk mengucapkan salam kepadanya. Pada suatu hari aku pergi dan ternyata dia sedang berdiri sambil membaca tasbih dan ayat, "Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari adzab neraka." (Qs. Ath-Thuur: 27)
Dia berdoa, menangis, dan mengulang-ulang ayat tersebut. Lalu aku berdiri hingga aku jenuh berdiri. Lalu aku pergi ke pasar untuk mencari kebutuhanku. Ketika aku kembali, ternyata Aisyah Radhiallahu Anha masih berdiri seperti semula sambil melakukan shalat dan menangis.”
5. Abu Hurairah Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Sulaiman bin Muslim bin Jammaz, “Aku mendengar Abu Ja’far berkata kepada kami tentang bacaan Abu Hurairah radhiallahu anhu pada ayat,
“Apabila matahari digulung.” (Qs At-Takwiir:1)
Beliau sangat tersayat hatinya ketika mendengar ayat tersebut, hingga terkadang menangis dengan ratapan.
6. Abdullah bin Rawahah Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Qais bin Abu Hazim, ia berkata, “Abdullah bin Rawahah menangis, lalu istrinya ikut menangis. Lalu dia bertanya kepada istrinya, ‘Apa yang membuatmu menangis?’ Istrinya menjawab, ‘Aku melihatmu menangis maka aku pun ikut menangis.’ Dia kemudian berkata, ‘Aku teringat dengan ayat ini,
“Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu.” (Qs Maryam: 71).
Aku tahu bahwa aku pasti akan memasuki neraka, tetapi aku tidak tahu apakah aku akan selamat dari neraka.’
7. Abdullah bin Umar Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Qasim bin Abu Bazzah, ia berkata, “Aku diberitahu oleh orang yang mendengar Ibnu Umar radhiallahu anhu membaca ayat,
‘Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, (yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam?’ (Qs. Al Muthaffifiin: 1-6)
Ibnu Umar lalu menangis hingga tersungkur, dan setelah itu ia enggan untuk membaca ayat tersebut.”
8. Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dia berkata, “Aku menemani Ibnu Abbas radhiallahu anhu dari Mekah ke Madinah. Jika singgah di suatu tempat maka dia selalu bangun pada separuh malam.” Lalu Ayyub bertanya kepadanya, “Bagaimana bacaannya?” Abdullah menjawab,”Dia membaca,
‘Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.’ (Qs. Qaaf: 19)
Dia membacanya dengan tartil dan sering menangis terisak-isak.
9. Umar bin Abdul Aziz
Diriwayatkan dari Ibnu Abi Dzaib, ia berkata, “Aku diberitahu oleh seseorang yang sempat menyaksikan Umar bin Abdul Aziz sebagai gubernur Madinah, bahwa seorang laki-laki membacakan ayat ini kepadanya,
‘Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka disana mengharapkan kebinasaan. (Qs. Al-Furqaan: 13)
Lalu Umar bin Abdul Aziz menangis hingga tidak dapat mengendalikan tangisnya dan isakannya pun menjadi keras. Lalu dia berdiri dari tempat duduknya dan masuk ke rumah.”
10. Hasan Al-Bashri
Diriwayatkan dari Salam bin Abu Muthi’, ia berkata, “Hasan diberi segelas air untuk berbuka puasa. Ketika dia mendekatkan air itu ke mulutnya, dia menangis dan berkata, ‘Aku ingat harapan besar dari para penghuni neraka dan ucapan mereka, “Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu.’ Aku pun teringat jawabannya kepada mereka,
‘Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir.” (QS Al-A’raaf: 50)
11. Abu Hanifah
Muhammad bin sama’ah meriwayatkan dari Muhammad bin Hasan, dari Qasim bin Ma’an, bahwa Abu Hanifah bangun malam sambil mengulang-ulang firman Allah subhanahu wa ta’ala,
“Sebenarnya hari Kiamat itulah hari yang dijanjikan kepada mereka dan kiamat itu lebih dahsyat dan lebih pahit.” (Qs. Al-Qomar: 46).
Dia menangis dan tadharru’ (merendahkan diri) hingga Subuh.
Demikianlah kisah pribadi-pribadi itu, yang mencerminkan kondisi jiwa mereka yang takut akan kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala, kisah yang merupakan cerminan dari kejujuran hati yang dipenuhi cahaya keimanan. Semoga kita bisa menjadikannya sebagai teladan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar