Jumat, 21 November 2014

Hadis Tentang Salam Dan lainnya

Hadis riwayat Abdurrahman bin Auf ra., ia berkata:
Ketika aku tengah berdiri dalam barisan pada hari perang Badar, aku menoleh ke kiri dan ke kanan, ternyata aku diapit oleh dua orang anak muda Ansar yang masih belia. Lalu aku berangan-angan mengharap agar aku berada di tengah prajurit yang lebih kuat dari mereka. Kemudian salah seorang dari mereka mengisyaratkan dengan kedipan mata kepadaku dan bertanya: Wahai paman, apakah kamu mengenali Abu Jahal? Aku menjawab: Ya, tapi apakah urusanmu dengan dia, wahai anak muda? Dia menjawab: Aku diberitahu bahwa ia pernah menghina Rasulullah saw. Demi Tuhan Yang jiwaku berada di tangan-Nya, bila aku melihatnya, maka aku tidak akan melepaskannya sehingga salah seorang di antara kami ada yang mati terlebih dahulu. Aku kagum sekali dengan keberanian anak muda itu. Lalu pemuda yang satu lagi mengedipkan mata juga kepadaku dan mengatakan hal yang serupa. Tidak lama kemudian aku telah melihat Abu Jahal bergerak di tengah-tengah kecamuk perang, lalu aku bertanya: Tidakkah kalian berdua telah melihat musuh yang kalian tanyakan tadi? Lalu mereka berdua segera berlomba-lomba ke arah Abu Jahal, lalu menikam dengan pedang sehingga mereka berdua berhasil membunuhnya. Mereka berdua kemudian balik menemui Rasulullah saw. untuk memberitahukan beliau. Rasulullah saw. lalu bertanya: Siapakah di antara kamu berdua yang telah membunuhnya? Keduanya menjawab: Akulah yang telah membunuhnya! Rasulullah saw. bertanya lagi: Apakah kalian berdua telah membersihkan pedang? Mereka menjawab: Tidak! Rasulullah pun segera memeriksa pedang mereka, lalu bersabda: Kamu berdua telah membunuhnya. Namun Rasulullah saw. memutuskan harta rampasan dari Abu Jahal untuk Mu`adz bin Amru bin Jamuh. Dan dua orang pemuda itu adalah Mu`adz bin Amru bin Jamuh dan Mu`adz bin Afra'. (Shahih Muslim No.3296)


" S A L A M "

Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau semua memasuki rumah yang bukan rumah-rumahmu sendiri, sehingga engkau semua meminta izin lebih dulu serta mengucapkan salam kepada penghuninya -yakni orang yang ada di dalamnya-." (an-Nur: 27)

Allah Ta'ala berfirman lagi: Jikalau engkau semua memasuki rumah, maka ucapkanlah salam kepada dirimu sendiri sebagai penghormatan dari Allah yang diberkahi dan dianggap baik." (an-Nur: 61)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Jikalau engkau semua diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan -yakni salam- maka jawablah penghormatan -atau salam itu- dengan yang lebih baik daripadanya atau balaslah dengan yang serupa dengannya." (an-Nisa': 86)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Adakah sudah sampai padamu cerita tamu Ibrahim yang dimuliakan. Di waktu mereka masuk padanya, lalu mereka mengatakan: "Salam." Ibrahim menjawab: "Salam." (al-Dzariyat: 24)

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: "Manakah amalan Islam yang terbaik?" Beliau menjawab: "Yaitu engkau memberikan makanan dan engkau mengucapkan salam kepada orang yang sudah engkau kenal dan orang yang belum engkau kenal." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Umarah yaitu al-Bara' bin 'Azib radhiallahu anhuma, katanya: "Kita semua diperintah oleh Rasulullah s.a.w. untuk melakukan tujuh perkara, yaitu meninjau orang sakit, mengiringi jenazah, rnentasymitkan orang yang bersin -yakni mendoakan supaya beroleh kerahmatan dengan mengucapkan: Yarhamukallah kepada orang yang bersin jikalau ia mengucapkan: Alhamdulillah-, menolong orang yang lemah, membantu orang yang dianiaya, menyebarkan salam dan melaksanakan sumpah." (Muttafaq 'alaih) Ini adalah salah satu dari berbagai riwayat Imam Bukhari.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang yang berkendaraan supaya memberi salam kepada orang yang berjalan dan orang yang berjalan kepada orang yang duduk dan orang yang sedikit kepada orang yang banyak jumlahnya. (Muttafaq 'alaih). Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan: "Dan orang kecil kepada orang tua -orang yang lebih besar-."

Dari Abu Umamah yaitu Shudai bin 'Ajlan al-Bahili r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya seutama-utama manusia dengan Allah -yakni yang lebih berhak mendekat kepada Allah- ialah orang yang memulai memberikan salam di kalangan mereka itu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad yang baik. Ini juga diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah pula, demikian riwayatnya: Rasulullah s.a.w. ditanya: "Ya Rasulullah, ada dua orang yang saling bertemu muka, maka manakah diantara keduanya itu yang memulai bersalam." Beliau s.a.w. menjawab: "Ialah yang lebih utama diantara keduanya itu dengan Allah Ta'ala" maksudnya orang yang lebih mendekatkan dirinya kepada Allah dengan mentaatiNya, sebab yang memulai itulah yang lebih dulu berdzikirnya kepada Allah. Jadi lebih berhak untuk mendekatkan diri kepadaNya. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

Dari Abu Hurairah r.a. pula dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Apabila seorang diantara engkau semua bertemu saudaranya -yakni sesama Muslim-, maka hendaklah mengucapkan salam padanya. Jikalau antara keduanya itu terhalang oleh sebuah pohon, dinding atau batu kemudian bertemu lagi dengan saudaranya itu, maka hendaklah bersalam pula sekali lagi." (Riwayat Abu Dawud)

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya: "Hai anakku, jikalau engkau masuk ke tempat keluargamu, maka ucapkanlah salam. Kalau itu engkau lakukan, maka hal itu akan menyebabkan adanya keberkahan atas dirimu sendiri dan juga atas seluruh keluarga dirumahmu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

Dari Anas r.a. bahwasanya ia berjalan melalui anak-anak lalu ia memberikan salam kepada mereka dan berkata: "Rasulullah s.a.w. itu juga melakukan seperti ini -yakni mengucapkan salam kepada anak-anak-." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seseorang dari engkau semua berhenti pada sesuatu majelis -sudah tidak akan masuk ketempat yang lebih depan lagi serta sudah akan duduk-, maka hendaklah mengucapkan salam juga apabila ia hendak berdiri -meninggalkan majelis-, maka hendaklah mengucapkan salam pula -setelah ia tegak berdiri-. Tidaklah ucapan salam yang pertama -yakni sewaktu mulai datang- itu lebih berhak -yakni lebih perlu dilakukan- daripada yang kedua -apabila hendak meninggalkan-." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi dan jangan pula kepada orang Nasrani. Maka jikalau engkau semua bertemu dengan salah seorang diantara mereka itu -yakni orang Yahudi atau Nasrani- pada suatu jalanan, maka paksakanlah kepada mereka itu untuk melalui jalan yang tersempit di jalan itu." (Riwayat Muslim)

Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau ada golongan ahli kitab -yaitu orang Yahudi atau Nasrani- memberi salam kepadamu semua, maka ucapkanlah: Wa'alaikum." (Muttafaq 'alaih)

Dari Usamah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. berjalan melalui suatu majelis -pertemuan-, yang di dalamnya terdapat berbagai campuran antara kaum Muslimin dan kaum musyrikin yaitu para penyembah berhala dan ada pula orang Yahudi, lalu Nabi s.a.w. memberikan salam kepada mereka." (Muttafaq 'alaih)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w, sabdanya: "Ketika Allah Ta'ala menciptakan Adam, lalu Dia berfirman: Pegilah -hai Adam- lalu ucapkanlah salam kepada mereka yaitu kelompok para malaikat yang sedang duduk-duduk, kemudian dengarlah bagaimana cara mereka memberikan penghormatan itu padamu, karena sesungguhnya yang sedemikian itulah cara engkau harus memberikan penghormatan dan juga cara penghormatan untuk semua keturunanmu." Adam lalu mengucapkan: Assalamu 'alaikum. Kemudian para malaikat menjawab: Assalamu 'alaika warahmatullah. Jadi mereka menambahkan untuknya kata-kata warahmatullah." (Muttafaq 'alaih)

Dari Rib'i bin Hirasy, katanya: "Kami diberitahu oleh seorang lelaki dari kabilah Bani 'Amir bahwasanya ia meminta izin kepada Nabi s.a.w. dan beliau itu sedang ada dalam rumah. Kemudian orang itu berkata: "Adakah saya boleh masuk?" Rasulullah s.a.w. lalu bersabda kepada pelayannya: "Keluarlah menemui orang ini dan ajarkanlah cara meminta izin padanya. Katakanlah padanya supaya ia mengucapkan: "Assalamu 'alaikum, adakah saya boleh masuk?" Orang itu mendengar keterangan beliau s.a.w. lalu mengucapkan: Assamu 'alaikum, adakah saya boleh masuk." Nabi s.a.w. lalu memberikan izin kepada orang tadi dan iapun masuklah." Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan isnad shahih.

Dari Kildah bin al-Hanbal r.a., katanya: "Saya mendatangi Nabi s.a.w. lalu saya masuk padanya dan saya tidak mengucapkan salam, lalu Nabi s.a.w. bersabda: "Kembalilah dan ucapkanlah: Assalamu 'alaikum. Apakah saya boleh masuk?" Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

Dari Asma' binti Yazid radhiallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. berjalan dalam masjid pada suatu hari dan di situ ada sekelompok kaum wanita yang sedang duduk-duduk, lalu beliau s.a.w. memberikan isyarat dengan tangannya dengan disertai ucapan salam pula." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. Hal ini ditangguhkan bahwasanya Rasulullah s.a.w. itu mengumpulkan antara ucapan salam dengan isyarat tangan dan hal yang sedemikian itu dikuatkan oleh suatu hadits dalam riwayat Imam Abu Dawud bahwasanya beliau s.a.w. lalu memberikan salam kepada kita -kaum wanita yang duduk-duduk tadi-.

Dari Imran bin al-Hushain radhiallahu 'anhuma, katanya: Ada seorang lelaki datang kepada Nabi s.a.w., lalu ia mengucapkan: Assalamu 'alaikum. Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tadi lalu duduk terus bersabda: "Sepuluh," maksudnya pahalanya dilipatkan sepuluh kalinya. Selanjutnya datang pula orang lain lalu ia mengucapkan: Assalamu 'alaikum warahmatullah. Beliau s.a.w. lalu membalas salamnya orang itu, lalu duduk lagi: "Dua puluh," maksudnya pahalanya dilipatkan dua puluh kali. Seterusnya ada pula orang lain yang datang, lalu mengucapkan: Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Kemudian beliau s.a.w. membalas salam orang tersebut, lalu duduk terus bersabda: "Tiga puluh," maksudnya pahalanya dilipatkan tiga puluh kali. Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.


Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Sahabat bertanya kepada Rasulullah saw: Wahai Rasulullah, apakah kami dapat melihat Tuhan kami pada hari kiamat? Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat bulan di malam purnama? Para sahabat menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Apakah kalian terhalang melihat matahari yang tidak tertutup awan? Mereka menjawab: Tidak, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. bersabda: Seperti itulah kalian akan melihat Allah. Barang siapa yang menyembah sesuatu, maka ia mengikuti sembahannya itu. Orang yang menyembah matahari mengikuti matahari, orang yang menyembah bulan mengikuti bulan, orang yang menyembah berhala mengikuti berhala. Tinggallah umat ini, termasuk di antaranya yang munafik. Kemudian Allah datang kepada mereka dalam bentuk selain bentuk-Nya yang mereka kenal, seraya berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka (umat ini) berkata: Kami berlindung kepada Allah darimu. Ini adalah tempat kami, sampai Tuhan kami datang kepada kami. Apabila Tuhan datang, kami tentu mengenal-Nya. Lalu Allah Taala datang kepada mereka dalam bentuk-Nya yang telah mereka kenal. Allah berfirman: Akulah Tuhan kalian. Mereka pun berkata: Engkau Tuhan kami. Mereka mengikuti-Nya. Dan Allah membentangkan jembatan di atas neraka Jahanam. Aku (Rasulullah saw.) dan umatkulah yang pertama kali melintas. Pada saat itu, yang berbicara hanyalah para rasul. Doa para rasul saat itu adalah: Ya Allah, selamatkanlah, selamatkanlah. Di dalam neraka Jahanam terdapat besi berkait seperti duri Sakdan (nama tumbuhan yang berduri besar di setiap sisinya). Pernahkah kalian melihat Sakdan? Para sahabat menjawab: Ya, wahai Rasulullah. Rasulullah saw. melanjutkan: Besi berkait itu seperti duri Sakdan, tetapi hanya Allah yang tahu seberapa besarnya. Besi berkait itu merenggut manusia dengan amal-amal mereka. Di antara mereka ada orang yang beriman, maka tetaplah amalnya. Dan di antara mereka ada yang dapat melintas, hingga selamat. Setelah Allah selesai memberikan keputusan untuk para hamba dan dengan rahmat-Nya Dia ingin mengeluarkan orang-orang di antara ahli neraka yang Dia kehendaki, maka Dia memerintah para malaikat untuk mengeluarkan orang-orang yang tidak pernah menyekutukan Allah. Itulah orang-orang yang dikehendaki Allah untuk mendapatkan rahmat-Nya, yang mengucap: "Laa ilaaha illallah". Para malaikat mengenali mereka di neraka dengan adanya bekas sujud. Api neraka memakan tubuh anak keturunan Adam, kecuali bekas sujud. Allah melarang neraka memakan bekas sujud. Mereka dikeluarkan dari neraka, dalam keadaan hangus. Lalu mereka disiram dengan air kehidupan, sehingga mereka menjadi tumbuh seperti biji-bijian tumbuh dalam kandungan banjir (lumpur). Kemudian selesailah Allah Taala memberi keputusan di antara para hamba. Tinggal seorang lelaki yang menghadapkan wajahnya ke neraka. Dia adalah ahli surga yang terakhir masuk. Dia berkata: Ya Tuhanku, palingkanlah wajahku dari neraka, anginnya benar-benar menamparku dan nyala apinya membakarku. Dia terus memohon apa yang dibolehkan kepada Allah. Kemudian Allah Taala berfirman: Mungkin, jika Aku mengabulkan permintaanmu, engkau akan meminta yang lain. Orang itu menjawab: Aku tidak akan minta yang lain kepada-Mu. Maka ia pun berjanji kepada Allah. Lalu Allah memalingkan wajahnya dari neraka. Ketika ia telah menghadap dan melihat surga, ia pun diam tertegun, kemudian berkata: Ya Tuhanku, majukanlah aku ke pintu surga. Allah berkata: Bukankah engkau telah berjanji untuk tidak meminta kepada-Ku selain apa yang sudah Kuberikan, celaka engkau, hai anak-cucu Adam, ternyata engkau tidak menepati janji. Orang itu berkata: Ya Tuhanku! Dia memohon terus kepada Allah, hingga Allah berfirman kepadanya: Mungkin jika Aku memberimu apa yang engkau pinta, engkau akan meminta yang lain lagi. Orang itu berkata: Tidak, demi Keagungan-Mu. Dan ia berjanji lagi kepada Tuhannya. Lalu Allah mendekatkannya ke pintu surga. Setelah ia berdiri di ambang pintu surga, ternyata pintu surga terbuka lebar baginya, sehingga ia dapat melihat dengan jelas keindahan dan kesenangan yang ada di dalamnya. Dia pun diam tertegun. Kemudian berkata: Ya Tuhanku, masukkanlah aku ke dalam surga. Allah Taala berfirman kepadanya: Bukankah engkau telah berjanji tidak akan meminta selain apa yang telah Aku berikan? Celaka engkau, hai anak cucu Adam, betapa engkau tidak dapat menepati janji! Orang itu berkata: Ya Tuhanku, aku tidak ingin menjadi makhluk-Mu yang paling malang. Dia terus memohon kepada Allah, sehingga membuat Allah Taala tertawa (rida). Ketika Allah Taala tertawa Dia berfirman: Masuklah engkau ke surga. Setelah orang itu masuk surga, Allah berfirman kepadanya: Inginkanlah sesuatu! Orang itu meminta kepada Tuhannya, sampai Allah mengingatkannya tentang ini dan itu. Ketika telah habis keinginan-keinginannya, Allah Taala berfirman: Itu semua untukmu, begitu pula yang semisalnya. (Shahih Muslim No.267)

catatan:
Mohon hadits ini dipahami dengan keimanan yang kuat, bahwa Allah tidak serupa dengan makhlukNya.


Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Pertama kali kelompok yang memasuki syurga itu adalah bagaikan rupa bulan purnama -yakni ketika tanggal empat belas- kemudian orang-orang yang masuk di belakang mereka itu adalah sebagai bintang di langit yang paling terang cahayanya. Mereka itu di dalam syurga tidak akan mengeluarkan kotoran, buang air kecil atau buang air besar juga tidak pernah berludah dan beringus. Sisirnya adalah terbuat dari emas sedang keringatnya adalah bagaikan minyak kasturi dan perapiannya adalah aluwwah yaitu kayu harum. Istri-istri mereka adalah bidadari-bidadari yang jelita matanya. Mereka itu dititahkan sebagai seorang lelaki yang sama, sebagaimana rupa ayah mereka yakni Nabi Adam, tingginya ada enam puluh hasta ke langit -yakni keatasnya-." (Muttafaq 'alaih)

Dalam riwayat Imam-imam Bukhari dan Muslim disebutkan pula: "Di dalam syurga wadah-wadah yang dipergunakan oleh mereka -yakni para ahli syurga- adalah terbuat dari emas, keringat mereka adalah bagaikan minyak kasturi. Tiap seorang dari semua ahli syurga itu mempunyai dua orang istri yang sumsum betisnya itu dapat dilihat dari balik daging karena indahnya, tiada perbedaan antara para ahli syurga itu dan tiada pula rasa saling benci membenci. Hati mereka adalah bagaikan hati satu orang lelaki. Mereka sama-sama memahasucikan Allah pada waktu pagi dan sore." Sabdanya: 'ala khalqi rajulin, oleh sebagian alim-ulama diriwayatkan dengan fathahnyakha' dan sukunnya lam -lalu berbunyi khalqi-, artinya kejadian atau bentuk rupa dan sebagian mereka meriwayatkan dengan dhammahnya kha' dan lam -lalu berbunyi khuluqi-, artinya budi pekerti, dan keduanya itu benar semua.

Dari Abu Hurairoh rodhiallohu ‘anhu, ia berkata: “Rosululloh sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Sesungguhnya Alloh itu baik, tidak mau menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Alloh telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin (seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rosul, Alloh berfirman, “Wahai para Rosul makanlah dari segala sesuatu yang baik dan kerjakanlah amal sholih” (QS Al Mukminun: 51). Dan Dia berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu” (QS Al Baqoroh: 172). Kemudian beliau menceritakan kisah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu. Dia menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdoa: ”Wahai Robbku, wahai Robbku”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan (perutnya) dikenyangkan dengan makanan haram, maka bagaimana mungkin orang seperti ini dikabulkan do’anya.” (HR. Muslim)   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar