Jumat, 21 November 2014

Hadis Hadis qudsi

Dari 'Amr bin Abu Salamah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku: "Ucapkanlah Bismillah dan makanlah dengan tangan kananmu serta makanlah dari makanan yang ada di dekatmu." (Muttafaq 'alaih)

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seorang dari engkau semua makan, maka hendaklah menyebutkan nama Allah Ta'ala -yakni mengucapkan Bismillah-. Jikalau ia terlupa menyebutkan nama Allah Ta'ala pada permulaan makannya itu, maka hendaklah mengucapkan: "Bismillahi awwalahu wa akhirahu," artinya: Dengan nama Allah pada permulaan -makan- dan pada penghabisannya. Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dari Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila seorang itu masuk rumahnya, lalu ia berdzikir kepada Allah di waktu masuknya dan ketika makannya, maka syaitan berkata kepada kawan-kawannya: "Engkau semua tidak dapat memperoleh tempat bermalam serta makanan. Tetapi jikalau orang itu masuk lalu tidak berdzikir kepada Allah Ta'ala ketika masuknya, maka syaitan berkata: "Engkau semua dapat memperoleh tempat bermalam." Selanjutnya jikalau orang tadi tidak pula berdzikir kepada Allah Ta'ala ketika makannya, maka syaitan tadi berkata: "Engkau semua dapat memperoleh tempat bermalam serta makanan." (Riwayat Muslim)

Dari Hudzaifah r.a., katanya: "Kita semua itu apabila mendatangi makanan bersama Rasulullah s.a.w., maka kita tidak akan meletakkan tangan-tangan kita lebih dulu sebelum Rasulullah s.a.w. memulainya, lalu beliau meletakkan tangannya. Sesungguhnya kita semua pernah mendatangi makanan pada suatu ketika bersama beliau s.a.w., lalu datanglah seorang jariah -wanita-, mungkin seorang hamba sahaya atau seorang merdeka, seolah-olah ia dijorokkan -seperti didorong kedepan karena amat cepat jalannya-, lalu ia maju untuk meletakkan tangannya pada makanan, kemudian Rasulullah s.a.w. mengambil tangannya -dilarang makan dulu-. Seterusnya datang pulalah seorang A'rab -penghuni pedalaman negeri Arab-, seolah-olah ia dijorokkan, lalu tangannya diambil pula oleh beliau s.a.w. Setelah itu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu mencari halalnya makanan itu apabila tidak disebutkan nama Allah Ta'ala atasnya -yakni tidak dibacakan Bismillah lebih dulu-. Sebenarnya syaitan itu datang dengan membawa jariah ini untuk mencari halalnya makanan ini baginya, tetapi saya telah mengambil -yakni menahan- tangannya. Kemudian datang pulalah syaitan tadi dengan membawa orang A'rab ini untuk mencari halalnya makanan ini baginya, lalu saya ambil pula tangannya. Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, sesungguhnya tangan syaitan itu ada di dalam genggaman tanganku ini bersama kedua tangan orang yang kupegang ini." Sesudah itu beliau s.a.w. menyebutkan nama Allah Ta'ala -yakni membaca Bismillah- lalu makan." (Riwayat Muslim)

Dari Umayyah bin Makhsyi as-Shahabi r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. -pada suatu ketika- duduk di situ ada seorang lelaki yang makan lalu tidak mengucapkan Bismillah, sehingga makanannya tidak tertinggal melainkan sesuap saja. Setelah orang itu mengangkatkan sesuatu yang tertinggal tadi di mulutnya, tiba-tiba ia mengucapkan: Bismillahi awwalahu wa akhirahu." Kemudian Nabi s.a.w. ketawa latu bersabda: "Tidak henti-hentinya syaitan tadi makan bersama orang itu. Tetapi setelah ia ingat untuk mengucapkan nama Allah -yakni setelah membaca Bismillah, maka syaitan tadi memuntahkan seluruh makanan yang telah ada dalam perutnya-. (Riwayat Abu Dawud dan Nasa'i)

Dari Aisyah radhiallahu'anha, katanya: "Rasulullah s.a.w. -pada suatu ketika- hendak makan sesuatu makanan bersama enam orang sahabat-sahabatnya. Lalu datanglah seorang A'rab -penghuni pedalaman negeri Arab-, kemudian makan makanan itu dalam dua kali suap saja. Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya saja andaikata orang ini suka membaca Bismillah -sebelum makannya tadi- niscaya makanan itu dapat mencukupi engkau semua pula -karena adanya keberkahan dalam makanan itu-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.

Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya nabi s.a.w. apabila mengangkat hidangannya -yakni setelah selesai makan- beliau s.a.w. mengucapkan -yang artinya-: "Segala puji bagi Allah sebanyak-banyaknya, makanan yang suci serta diberkahi, tidak diremehkan serta tidak pula dianggap kurang berguna, ya Tuhan kita." (Riwayat Bukhari)

Dari Mu'az bin Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang setelah selesai makan sesuatu makanan lalu mengucapkan -yang artinya-: "Segala puji bagi Allah yang telah memberikan makanan ini padaku dan memberikan rezeki itu padaku tanpa adanya daya serta kekuatan daripadaku", maka diampunkanlah untuknya apa-apa yang telah terdahulu dari dosanya." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

'Aisyah .ra berkata: ada seseorang mentalak istrinya tiga kali, lalu wanita itu dinikahi seorang laki-laki. Lelaki itu kemudian menceraikannya sebelum menggaulinya. Ternyata suaminya yang pertama ingin menikahinya kembali. Maka masalah tersebut ditanyakan kepada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu beliau bersabda: "Tidak boleh, sampai suami yang terakhir merasakan manisnya perempuan itu sebagaimana yang dirasakan oleh suami pertama." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim
Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seorang Muslim adalah saudaranya orang Muslim lainnya. Janganlah ia menganiayanya, jangan pula menyerahkannya kepada musuhnya. "Barangsiapa memberi pertolongan akan hajat saudaranya, maka Allah selalu menolongnya dalam hajatnya. Dan barangsiapa memberi kelapangan kepada seorang Muslim dari sesuatu kesusahan, maka Allah akan melapangkan orang itu dari sesuatu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi cela seorang Muslim, maka Allah akan menutupi cela orang itu pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih) 
Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau seorang dari engkau semua bershalat menjadi imamnya orang banyak, maka hendaklah meringankannya, sebab di kalangan para makmum itu ada orang lemah, ada orang sakit dan ada pula yang berusia tua. Tetapi jikalau bershalat sendirian -munfarid, maka hendaklah memperpanjangkan shalatnya itu sekehendak hatinya." (Muttafaq 'alaih) Dalam riwayat lain disebutkan: "Di kalangan makmum itu juga ada orang yang mempunyai keperluan -yang hendak segera diselesaikan." 
Hadis riwayat Aisyah ra.:
Dari Ubaidillah bin Abdullah, ia berkata: Aku menemui Aisyah dan berkata: Maukah Anda menceritakan kepadaku tentang sakit Rasulullah saw? Ia berkata: Nabi saw. menderita lemah sekali, beliau bersabda: Apakah para sahabat sudah salat? Kami jawab: Belum, mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami pun melakukannya lalu beliau mandi. Setelah itu, saat ingin bangkit beliau pingsan. Ketika siuman beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah salat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami mengerjakannya dan beliau mandi. Saat akan berdiri beliau pingsan lagi. Setelah siuman beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah salat? Kami jawab: Belum, mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Tuangkan air untukku di bak. Kami mengerjakannya dan beliau mandi. Ketika akan bangun beliau pingsan lagi untuk yang ketiga kalinya. Pada waktu siuman beliau bertanya: Apakah para sahabat sudah salat? Kami jawab: Belum. Mereka menunggu baginda, wahai Rasulullah. Para sahabat telah berkumpul di mesjid menunggu Rasulullah saw. untuk salat Isyak. Beliau memerintahkan seseorang menemui Abu Bakar agar ia mengimami salat. Tiba di hadapan Abu Bakar, ia berkata: Rasulullah saw. memerintahkan Anda untuk mengimamai salat sahabat lainnya. Abu Bakar adalah seorang yang lembut hati, ia berkata: Wahai Umar, imamilah mereka itu! Umar berkata: Anda lebih menjadi imam mereka. Akhirnya Abu Bakar mengimami salat mereka selama beberapa hari. Ketika sakit Rasulullah saw. agak ringan, beliau keluar untuk salat Zuhur, dibantu oleh dua orang, salah satunya adalah Abbas. Saat itu Abu Bakar akan mengimami sahabat. Ketika ia melihat Rasulullah saw. datang, ia mundur untuk menunda (salat). Nabi saw. memberi isyarat kepadanya agar jangan ditunda. Kemudian beliau memerintahkan kedua orang yang memapah beliau: Dudukkan aku di sampingnya. Mereka mendudukkan beliau di samping Abu Bakar. Maka Abu Bakar salat berdiri bermakmum kepada Rasulullah saw., para sahabat yang lain bermakmum kepada Abu Bakar dan Rasulullah saw. saat itu salat sambil duduk. (Shahih Muslim No.629)

Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Abu Bakar mengimami sahabat ketika Rasulullah saw. sakit yang membuatnya wafat, pada hari Senin, ketika berbaris dalam salat, Rasulullah saw. menyingkap tirai kamar dan memandang kami dengan berdiri. Wajah beliau putih seperti kertas, beliau tersenyum. Kami yang sedang salat terpukau karena gembira dengan keluarnya Rasulullah saw. Kemudian Abu Bakar mundur untuk ke barisan pertama. Ia mengira bahwa Rasulullah saw. keluar untuk salat. Rasulullah saw. memberi isyarat tangan kepada mereka agar terus menyempurnakan salat. Lalu beliau masuk lagi dan menurunkan tirai kamar. Pada hari itu Rasulullah saw. wafat. (Shahih Muslim No.636)
 

Anas bin Malik r.a. berkata, "Kami masuk bersama Nabi pada Abu Saif al-Qain (si pandai besi), suami wanita yang menyusui Ibrahim (putra Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam). Lalu, Rasulullah mengambil Ibrahim dan menciumnya. Sesudah itu kami masuk kepadanya dan Ibrahim mengembuskan napas yang penghabisan. Maka, air mata Rasulullah mengucur. Lalu Abdurrahman bin Auf berkata kepada beliau, 'Engkau (menangis) wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, 'Wahai putra Auf, sesungguhnya air mata itu kasih sayang.' Kemudian air mata beliau terus mengucur. Lalu beliau bersabda, 'Sesungguhnya air mata mengalir, dan hati pun bersedih. Namun, kami hanya mengucapkan perkataan yang diridhai oleh Tuhan kami. Sungguh kami bersedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.'"
Anas Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku menyaksikan putri Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dimakamkan, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam duduk di sisi kuburan, aku melihat kedua belah matanya meneteskan air mata. Riwayat Bukhari.
Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa ia mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda di Mekkah pada tahun penaklukan kota itu: "Sesungguhnya Allah melarang jual-beli minuman keras, bangkai, babi dan berhala." Ada orang bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat baginda tentang lemak bangkai karena ia digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan orang-orang menggunakannya untuk menyalakan lampu?. Beliau bersabda: "Tidak, ia haram." Kemudian setelah itu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Allah melaknat orang-orang Yahudi, karena ketika Allah mengharamkan atas mereka (jual-beli) lemak bangkai mereka memprosesnya dan menjualnya, lalu mereka memakan hasilnya." Muttafaq Alaihi 
Wahai segenap manusia, sesungguhnya Robbmu satu dan bapakmu satu. Tidak ada kelebihan bagi seorang Arab atas orang Ajam (bukan Arab) dan bagi seorang yang bukan Arab atas orang Arab dan yang (berkulit) merah atas yang hitam dan yang hitam atas yang merah, kecuali dengan ketakwaannya. Apakah aku sudah menyampaikan hal ini? (HR. Ahmad) 
Dari Abu Umamah al-Bahili r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya adalah seorang yang memberikan jaminan untuk memperoleh sebuah rumah dalam halaman syurga bagi seorang yang meninggalkan memberikan bantahan, sekalipun ia merasa dalam kebenaran -apa yang dibantahnya itu-, juga sebuah rumah di tengah syurga bagi seorang yang meninggalkan dusta, sekalipun dengan maksud bersenda gurau, demikian pula sebuah rumah di tanah tinggi syurga bagi seorang yang memperbaiki budi pekertinya." hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih. Azza'im artinya seorang yang memberikan jaminan. Makna aslinya ialah pemimpin

Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya cintai diantara engkau semua serta yang terdekat kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah yang terbaik budi pekertinya diantara engkau semua itu, dan sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya benci diantara engkau semua serta yang terjauh kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah orang-orang yang banyak berbicara, sombong bicaranya serta merasa tinggi apa yang dipercakapkannya itu -karena kecongkakannya-." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, kita semua telah mengerti apa arti orang yang banyak bicara serta orang yang sombong bicaranya. Tetapi apakah yang dimaksud mutafaihiq itu." Beliau s.a.w. menjawab: "Mereka itu ialah orang-orang yang sombong -merasa tinggi isi pembicaraannya-." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan. Atstsartsar ialah orang yang banyak bicaranya secara dipaksa-paksakan sendiri. Almutasyaddiq ialah orang yang berlagak sombong kepada orang banyak dengan kata-katanya dan kalau berbicara itu serasa penuh isi mulutnya karena hendak memfasih-fasihkan serta mengagung-agungkan pembicaraannya sendiri itu. Adapun Almutafaihiq asalnya dari kata fahq, yaitu membuat penuh isi mulut dengan percakapannya serta meluas-luaskan apa yang dibicarakannya, bahkan merasa asing -bangga- dengan kata-katanya karena ketakabburan serta perasaan tingginya dan menampakkan bahwa dirinya adalah lebih utama dari orang lain. Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah dalam menafsiri arti "bagusnya budi pekerti", ia mengatakan: "Bagusnya budi pekerti ialah manisnya wajah, memberikan kebaikan dan menahan kejahatan."
Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Ketika Rasulullah saw. bersama kami, tiba-tiba beliau terlena sesaat, kemudian mengangkat kepala beliau sambil tersenyum. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apa yang membuat Anda tertawa? Beliau menjawab: Baru saja satu surat diturunkan kepadaku. Lalu beliau membaca: Sesungguhnya kami telah memberikan kepadamu Al-Kautsar "nikmat yang banyak". Maka dirikanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membencimu dialah yang terputus. Kemudian beliau bertanya: Tahukah kalian, apakah Kautsar itu? Kami menjawab: Allah dan Rasul-Nya lebih tahu. Beliau bersabda: Itu adalah sungai yang dijanjikan Tuhanku. Sungai yang menyimpan banyak kebaikan dan merupakan telaga yang didatangi umatku pada hari kiamat. Wadahnya sebanyak bilangan bintang. Ada seorang hamba yang ditarik dari kumpulan mereka. Aku berkata: Ya Tuhanku, dia termasuk umatku. Allah berfirman: Engkau tidak tahu, dia telah membuat suatu bid`ah sepeninggalmu. (Shahih Muslim No.607)
 
Dari Abu Hurariah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Bukanlah orang yang keras -kuat- itu dengan banyaknya berkelahi -bergulat-, sesungguhnya orang-orang yang keras -kuat- ialah orang yang dapat menguasai dirinya di waktu sedang marah-marah." (Muttafaq 'alaih)

Dari Sulaiman bin Shurad r.a., katanya: "Saya duduk bersama Nabi s.a.w. dan di situ ada dua orang yang saling bermaki-makian antara seorang dengan kawannya. Salah seorang dari keduanya itu telah merah padam mukanya dan membesarlah urat lehernya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saya mengetahui suatu kalimat yang apabila diucapkannya, tentulah hilang apa yang ditemuinya -kemarahannya, yaitu andaikata ia mengucapkan: "A'udzu billahi minasy syaithanir rajim," tentulah lenyap apa yang ditemuinya itu. Orang-orang lalu berkata padanya - orang yang merah padam mukanya tadi: "Sesungguhnya Nabi s.a.w. bersabda: "Mohonlah perlindungan kepada Allah dari syaitan yang direjam." (Muttafaq 'alaih)

Dari Mu'az bin Anas r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menahan marahnya padahal ia kuasa untuk meneruskannya -melaksanakannya- maka Allah Subhanahu wa Ta'ala mengundangnya di hadapan kepala -yakni disaksikan- sekalian makhluk pada hari kiamat, sehingga disuruhnya orang itu memilih bidadari-bidadari yang membelalak matanya dengan sesuka hatinya. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.: "Berilah wasiat padaku." Beliau s.a.w. bersabda: "Jangan marah." Orang itu mendatanginya berkali-kali tetapi beliau s.a.w. tetap bersabda: "janganlah marah." (Riwayat Bukhari)
 

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tidaklah suatu kaum itu duduk di suatu tempat yang tidak digunakan untuk berdzikir kepada Allah dan membaca sholawat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kecuali mereka akan ditimpa penyesalan pada hari kiamat." Hadits hasan menurut riwayat Tirmidzi.
Dari Abdullah Ibnu Salam bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai manusia, sebarkanlah ucapan salam, hubungkanlah tali kekerabatan, berilah makanan, dan sholatlah pada waktu malam ketika orang-orang tengah tertidur, engkau akan masuk surga dengan selamat." Hadits shahih riwayat Tirmidzi  

Dari Abu Said al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Jauhkanlah dirimu untuk suka duduk di jalan-jalan." Mereka berkata: Wahai Rasulullah, itu hanyalah bagian dari tempat duduk kami, di mana kami biasa berbincang-bincang di sana. Beliau menjawab: "Jika kalian menolak (nasehat ini), maka berilah jalan kepada haknya." Mereka bertanya: Apakah haknya?. Beliau bersabda: "Menundukkan pandangan, tidak mengganggu, menjawab salam, menyuruh kepada kebaikan, dan melarang kemungkaran." Muttafaq Alaihi.

Dari Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hendaklah kalian selalu melakukan kebenaran, karena kebenaran akan menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun ke surga. Jika seseorang selalu berbuat benar dan bersungguh dengan kebenaran, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat benar. Jauhkanlah dirimu dari bohong, karena bohong akan menuntun kepada kedurhakaan, dan durhaka itu menuntun ke neraka. Jika seseorang selalu bohong dan bersungguh-sungguh dengan kebohongan, ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang sangat pembohong." Muttafaq Alaihi 
Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.

Dari Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam setelah memuji Allah dan menyanjung-Nya bersabda: "Tetapi aku sholat, tidur, berpuasa, berbuka, dan mengawini perempuan. Barangsiapa membenci sunnahku, ia tidak termasuk ummatku." Muttafaq Alaihi.

Anas Ibnu Malik Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan kami berkeluarga dan sangat melarang kami membujang. Beliau bersabda: "Nikahilah perempuan yang subur dan penyayang, sebab dengan jumlahmu yang banyak aku akan berbangga di hadapan para Nabi pada hari kiamat." Riwayat Ahmad. Hadits shahih menurut Ibnu Hibban.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia." Muttafaq Alaihi dan Imam Lima.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bila mendoakan seseorang yang nikah, beliau bersabda: "Semoga Allah memberkahimu dan menetapkan berkah atasmu, serta mengumpulkan engkau berdua dalam kebaikan." Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shahih menurut Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar