Selasa, 18 November 2014

Perintah Menjaga Shalat Wajib Dan Larangan Keras Serta Ancaman Hebat Dalam meninggalkannya

KITAB RIYADHUS SHALIHIN : " Bab 193. Perintah Menjaga Shalat-shalat Wajib Dan Larangan Keras Serta Ancaman Hebat Dalam meninggalkannya "

Allah Ta'ala berfirman: "Jagalah shalat-shalat wajib itu dan shalat pertengahan." (al-Baqarah: 238) Beberapa alim ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan shalat pertengahan ialah shalat Asar.

Allah Ta'ala berfirman pula: "Jikalau mereka -orang-orang kafir- itu telah bertaubat dan sama mendirikan shalat serta menunaikan zakat, maka lepaskanlah jalan mereka -yakni dianggap sebagai orang mu'min yang haram harta, darah dan kehormatannya yang tidak boleh diganggu-." (at-Taubah: 5)
1071. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya bertanya kepada Rasulullah s.a.w.: "Manakah amalan yang lebih utama?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu shalat tepat pada waktunya." Saya bertanya lagi: "Kemudian amalan apakah?" Beliau s.a.w. menjawab: "Berbakti kepada kedua orangtua." Saya bertanya pula: "Kemudian apa lagi?" Beliau s.a.w. menjawab: "Yaitu berjihad fisabilillah." (Muttafaq 'alaih)
1072. Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Agama Islam itu didirikan atas lima perkara yaitu menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah pesuruh Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah dan berpuasa dalam bulan Ramadhan." (Muttafaq 'alaih)
1073. Dari Ibnu Umar r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Saya diperintah untuk memerangi para manusia, sehingga mereka itu suka menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, juga mendirikan shalat serta menunaikan zakat. Jikalau mereka telah mengerjakan yang sedemikian itu, maka terpeliharalah mereka itu daripadaku mengenai darah dan harta benda mereka, melainkan dengan haknya Agama Islam, sedang hisab mereka adalah tergantung atas Allah." (Muttafaq 'alaih)
1074. Dari Mu'az r.a., katanya: "Saya diutus oleh Rasulullah s.a.w. ke Yaman, lalu beliau s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari golongan ahli kitab -yakni kaum Yahudi dan Nasrani-, maka ajaklah mereka untuk menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya adalah utusan Allah. Jikalau mereka sudah taat untuk berbuat sedemikian itu, maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah itu mewajibkan kepada mereka shalat lima kali dalam sehari semalam. Jikalau mereka sudah taat untuk berbuat sedemikian itu, maka beritahukanlah pula bahwasanya Allah itu mewajibkan kepada mereka untuk mengeluarkan sedekah -zakat- yang diambil dari golongan mereka yang kaya-kaya dan dikembalikan kepada golongan mereka yang fakir-fakir. Jikalau mereka sudah taat berbuat sedemikian, maka takutlah engkau akan harta-harta mereka yang mulia -maksudnya jangan bertindak zalim dan menganiaya-. Takutlah kepada doanya orang yang dianiaya, sebab sesungguhnya antara doa itu dengan Allah tidak ada lagi tabirnya -yakni doa orang yang dianiaya pasti akan dikabulkan-." (Muttafaq 'alaih)
1075. Dari Jabir r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran itu adalah meninggalkan shalat," yakni kalau sudah meninggalkan shalat, maka orang itu tentu kafir. (Riwayat Muslim)
1076. Dari Buraidah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Ikatan perjanjian antara kita -yaitu kaum Muslimin- dan mereka -yaitu kaum munafikin- ialah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat, sungguh-sungguh kafirlah ia." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan shahih.
1077. Dari Syaqiq bin Abdullah at-Tabi'i yang sudah dimufakati -oleh para alim ulama- tentang kebaikannya, rahimahullah, berkata: "Para sahabat Nabi Muhammad s.a.w. tidak berpendapat akan sesuatu dari sekian banyak amalan yang jikalau ditinggalkan lalu menjadikan kafir, kecuali hanya shalat saja." Yakni kalau shalat yang ditinggalkan maka dapat menyebabkan orang yang meninggalkannya itu menjadi kafir. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan isnad shahih.
1078. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya pertama-tama amalan yang seseorang itu dihisab dengannya ialah shalatnya, maka jikalau baik shalatnya itu, sungguh-sungguh berbahagialah dan beruntunglah ia dan jikalau rusak, sungguh-sungguh menyesal dan merugilah ia. Jikalau seseorang itu ada kekurangan dari sesuatu amalan wajibnya, maka Tuhan Azzawajalla berfirman: "Periksalah olehmu semua -hai malaikat-, apakah hambaKu itu mempunyai amalan yang sunnah." Maka dengan amalan yang sunnah itulah ditutupnya kekurangan amalan wajibnya, kemudian cara memperhitungkan amalan-amalan lainnya itupun seperti cara memperhitungkan amalan shalat ini." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar