Jumat, 21 November 2014

KITAB RIYADHUS SHALIHIN

"KITAB RIYADHUS SHALIHIN : Bab 370. Beberapa Hadits Yang Tidak Termasuk Dalam Bab Tertentu Namun Sangat Penting Untuk Diketahui"

1846. Dari Ummul mu'minin Shafiyah binti Huyay radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. pada suatu saat beri'tikaf, lalu saya datang untuk menengoknya di waktu malam, lalu saya berbicara dengannya, kemudian saya berdiri untuk kembali ke rumah. Tiba- tiba beliau s.a.w. juga berdiri beserta saya untuk mengantarkan saya pulang. Selanjutnya ada dua orang lelaki dari kaum Anshar radhiallahu 'anhuma berjalan melalui tempat itu. Setelah keduanya melihat Nabi s.a.w. lalu keduanyapun bercepat-cepat menyingkir. Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Perlahan-lahanlah berjalan, hai saudara berdua. Ini adalah Shafiyah binti Huyay." Keduanya lalu berkata:"Subhanallah, ya Rasulullah." Beliau s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya syaitan itu berjalan dalam tubuh anak Adam -yakni manusia- sebagaimana aliran darah. Sesungguhnya saya takut kalau-kalau dalam hatimu berdua itu timbul sesuatu yang jahat atau mengatakan sesuatu yang tidak baik." (Muttafaq 'alaih)

Keterangan:
Segeralah dalam mengklarifikasi suatu keadaan yang bisa menimbulkan fitnah, walaupun kita menganggap kita tidak melakukan dosa, tapi orang lain yang melihatnya bisa mengira yang bukan-bukan karena bisikan dari syaitan. Karena itulah Nabi segera klarifikasi kepada dua orang diatas bahwa yang berbicara dengannya adalah istri beliau sendiri, bukan wanita lain

Bab 24. Memperkeraskan Siksaan Orang Yang Memerintahkan Kebaikan Atau Melarang Dari Kemungkaran, Tetapi Ucapannya Tidak Tepat Dengan Kelakuannya"

Allah Ta'ala berfirman: "Adakah engkau semua memerintahkan kepada kebaikan, sedangkan engkau semua melalaikan dirimu sendiri, padahal engkau semua juga membaca Alkitab, apakah engkau semua tidak menggunakan akal?" (al-Baqarah: 44)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Hai sekalian orang-orang yang beriman, mengapa engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua lakukan? Besar sekali dosanya di sisi Allah, jikalau engkau semua mengucapkan apa-apa yang tidak engkau semua lakukan." (as-Shaf: 2-3)

Allah Ta'ala berfirman lagi dalam memberitahukan perihal Syu'aib s.a.w. yaitu: "Dan saya tidak hendak menyalahi engkau semua dalam hal yang engkau semua dilarang mengerjakannya." (Hud: 88)

199. Dari Abu Zaid yaitu Usamah bin Zaid bin Haritsah radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat, kemudian ia dilemparkan ke dalam neraka, lalu keluarlah isi perutnya -usus-ususnya-, terus berputarlah orang tadi pada isi perutnya sebagaimana seekor keledai mengelilingi gilingan. Para ahli neraka berkumpul di sekelilingnya lalu bertanya: "Mengapa engkau ini hai Fulan? Bukankah engkau dahulu suka memerintahkan kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?" Orang tersebut menjawab: "Benar, saya dahulu memerintahkan kepada kebaikan, tetapi saya sendiri tidak melakukannya, dan saya melarang dari kemungkaran, tetapi saya sendiri mengerjakannya." (Muttafaq 'alaih)

859. Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang bernazar akan taat kepada Allah, maka wajiblah ia taat kepadaNya dan barangsiapa yang bernazar hendak bermaksiat kepada Allah, maka wajiblah ia tidak bermaksiat padaNya." (Riwayat Bukhari) 
Bab 243. Bacaan Shalawat Kepada Rasulullah S.A.W. "

Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatNya menyampaikan shalawatnya kepada Nabi -yakni Nabi Muhammad-. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam dengan sebenar-benarnya salam kepada Nabi itu." (al-Ahzab: 56)

1394. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w, bersabda: "Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku sekali shalawat, maka Allah akan memberikan kerahmatan padanya sepuluh kali dengan sebab sekali shalawat tadi." (Riwayat Muslim)

1395. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Seutama-utama manusia bagiku pada hari kiamat ialah orang yang terbanyak bacaan shalawatnya padaku," yakni lebih diutamakan oleh beliau s.a.w. untuk dapat memperoleh syafaatnya dan dapat kedudukan yang terdekat dengannya. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1396. Dari Aus bin Aus r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya diantara hari-harimu yang paling utama sekali ialah hari Jum'at, maka perbanyakkanlah membaca shalawat padaku pada hari itu, sebab sesungguhnya bacaan shalawatmu itu ditunjukkan kepadaku." Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah shalawat kita semua itu dapat ditunjukkan kepada Tuan, sedangkan Tuan sudah hancur tubuhnya -telah wafat dan dikubur-?" Dalam sebagian riwayat disebutkan: dengan kata-kata: "Sedangkan Tuan telah rusak tubuhnya?" Nabi s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah mengharamkan pada tanah untuk makan tubuhnya para Nabi." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1397. Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Terkena debulah hidung seseorang -yakni amat hina sekali seseorang- yang di waktu nama saya disebutkan di sisinya, tetapi ia tidak suka membaca shalawat padaku." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1398. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah engkau semua membuat kuburku itu sebagai hari raya -yakni untuk tempat berkumpul-kumpul guna bersenang-senang-. Bacalah shalawat padaku karena sesungguhnya bacaan shalawatmu semua itu dapat sampai padaku, di mana saja engkau semua berada." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1399. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada seorangpun yang memberi salam padaku, melainkan Allah mengembalikan ruhku, sehingga saya dapat rnenjawab salam orang itu." Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1400. Dari Ali r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Orang kikir ialah orang yang apabila namaku disebut disisinya ia tidak suka membaca shalawat padaku." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.

1401. Dari Fadhalah bin 'Ubaid r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. pernah mendengar seorang yang berdoa dalam shalatnya, tetapi ia tidak mengucapkan puji-pujian kepada Allah Ta'ala dan tidak pula membaca shalawat pada Nabi s.a.w., lalu Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tergesa-gesa sekali orang ini," kemudian orang itu dipanggilnya. Nabi s.a.w. lalu bersabda pada orang itu atau pada orang lain juga: "Jikalau seorang diantara engkau semua hendak berdoa, maka hendaklah memulai dengan mengucapkan puji-pujian kepada Tuhannya yang Maha Suci serta puji-pujian padaNya, selanjutnya membaca shalawat kepada Nabi s.a.w., seterusnya bolehlah ia berdoa dengan apa yang dikehendaki olehnya." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits shahih.

1402. Dari Abu Muhammad, yaitu Ka'ab bin 'Ujrah r.a., katanya: "Nabi s.a.w. keluar pada kita, lalu kita berkata: "Ya Rasulullah, kita semua telah mengerti bagaimana cara bersalam kepada Tuan, tetapi bagaimanakah cara kita kalau membaca shalawat kepada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ucapkanlah: "Alhhumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama shallaita 'ala ali Ibrahim, innaka hamidum majid. Allahumma barik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad, kama barakta 'ala ali Ibrahim, innaka hamidum majid." Artinya: Ya Allah, berikanlah tambahan kerahmatan pada Muhammad dan pada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan tambahan kerahmatan pada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Termulia. Ya Allah, berikanlah tambahan keberkahan pada Muhammad dan pada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah menambahkan keberkahan pada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Termulia. (Muttafaq 'alaih)

1403. Dari Abu Mas'ud al-Badri r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. datang kepada kita dan kita semua sedang dalam majelisnya Sa'ad bin 'Ubadah, lalu Basyir bin Sa'ad berkata kepada beliau s.a.w.: "Allah menyuruh kita supaya kita membaca shalawat kepada Tuan, ya Rasulullah, maka bagaimanakah cara kita mengucapkan shalawat kepada Tuan itu?" Rasulullah s.a.w. lalu diam, sehingga kita semua mengharapkan, alangkah baiknya kalau tadi-tadi Basyir tidak bertanya kepada beliau tentang hal itu. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ucapkanlah: Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad. Kama shallaita 'ala Ibrahim. Wabarik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad. Kamabarakta 'ala ali Ibrahim. Innaka hamidum majid -untuk artinya silahkan periksa dalam hadits no.1402 di atas-. Adapun tentang salam, maka sebagaimana yang engkau semua sudah diajari." (Riwayat Muslim)

1404. Dari Abu Humaid as-Sa'idi r.a., katanya: "Para sahabat berkata: "Ya Rasulullah, bagaimanakah cara kita mengucapkan shalawat kepada Tuan?" Beliau s.a.w. bersabda: "Ucapkanlah: Allahumma shalli 'ala Muhammad, wa 'ala azwajihi wa dzurriyyatihi. Kama shallaita 'ala Ibrahim. Wa barik 'ala Muhammad, wa 'ala azwajihi wa dzurriyyatihi. Kama barakta 'ala Ibrahim. Innaka hamidum majid." -artinya:- Ya Allah, berikanlah tambahan kerahmatan pada Muhammad dan pada istri-istri dan keturunan-keturunannya, sebagaimana Engkau telah memberikan tambahan kerahmatan pada Ibrahim. Dan berikanlah tambahan keberkahan pada Muhammad dan pada istri-istri dan keturunan-keturunannyam, sebagaimana Engkau telah menambahkan keberkahan pada Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Termulia. (Muttafaq 'alaih)
 

" Bab 241. Ilmu Pengetahuan "

Allah Ta'ala berfirman: "Dan katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmuku." (Thaha: 114)

Allah Ta'ala juga berfirman: "Katakanlah: "Apakah sama antara orang-orang yang mengetahui -yakni berilmu- dan orang-orang yang tidak mengetahui -yakni tidak berilmu-." (az-Zumar: 9)

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Allah mengangkat orang-orang yang beriman dari engkau semua dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat." (al-Mujadalah: 11)

Allah Ta'ala berfirman pula: "Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hambaNya itu ialah para alim-ulama."

1373. Dari Mu'awiyah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah untuk memperoleh kebaikan, maka Allah membuat ia menjadi pandai dalam hal keagamaan." (Muttafaq 'alaih)

1374. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Tiada kehasudan -iri- yang dibolehkan melainkan dalam dua macam perkara, yaitu: seorang yang dikaruniai oleh Allah akan harta, kemudian ia mempergunakan untuk menafkahkannya itu guna apa-apa yang hak -kebenaran- dan seorang yang dikaruniai ilmu pengetahuan oleh Allah, kemudian ia memberikan keputusan dengan ilmunya itu -antara dua orang atau dua golongan yang berselisih- serta mengajarkan ilmunya itu pula." (Muttafaq 'alaih) Artinya ialah bahwa seorang itu tidak patut dihasudi atau diiri kecuali dalam salah satu dari kedua perkara di atas itu untuk ditiru dan diamalkan seperti orang tersebut. Yang dimaksudkan dengan Alhasad ialah ghibthah yaitu mengharapkan seperti yang ada pada orang lain.

1375. Dari Abu Musa r.a., katanya: "Nabi s.a.w. bersabda: "Perumpamaan dari petunjuk dan ilmu yang dengannya saya diutus oleh Allah itu adalah seperti hujan yang mengenai bumi. Di antara bumi itu ada bagian yang baik, yaitu dapat menerima air, kemudian dapat pula menumbuhkan rumput dan lalang -rumput- yang banyak sekali, menahan masuknya air dan selanjutnya dengan air yang bertahan itu Allah lalu memberikan kemanfaatan kepada para manusia, karena mereka dapat minum daripadanya, dapat menyiram dan bercocok tanam. Ada pula hujan itu mengenai bagian bumi yang lain, yang ini hanyalah merupakan tanah rata lagi licin. Bagian bumi ini tentulah tidak dapat menahan air dan tidak pula dapat menumbuhkan rumput. Jadi yang sedemikian itu adalah contohnya orang pandai dalam agama Allah dan petunjuk serta ilmu yang dengannya itu saya diutus, dapat pula memberikan kemanfaatan kepada orang tadi, maka orang itupun mengetahuinya -mempelajarinya-, kemudian mengajarkannya -yang ini diumpamakan bumi yang dapat menerima air atau dapat menahan air-, dan itu pulalah contohnya orang yang tidak suka mengangkat kepala untuk menerima petunjuk dan ilmu tersebut. Jadi ia enggan menerima petunjuk Allah yang dengannya itu saya diutuskan -ini contohnya untuk bumi yang rata serta licin-." (Muttafaq 'alaih)

1376. Dari Sahl bin Sa'ad r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda kepada Ali r.a.: "Demi Allah, sesungguhnya andaikata Allah memberikan petunjuk kepada seorang lelaki dengan perantaraan usahamu, maka hal itu adalah lebih baik daripada unta-unta yang merah-merah," sebagai kiasan harta benda yang paling dicintai oleh bangsa Arab saat itu. (Muttafaq 'alaih)

1377. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma bahwasanya Nabi s.a.w. bersaba: "Sampaikanlah -kepada orang lain- ajaran yang berasal daripadaku, sekalipun hanya seayat belaka. Percakapkanlah tentang kaum Bani Israil -yakni kaum Yahudi- dan tidak ada halangan apapun. Dan barangsiapa yang berdusta atas diriku dengan sengaja maka baiklah ia menempati tempat duduknya dari neraka." (Riwayat Bukhari)

1378. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang menempuh sesuatu jalan untuk mencari ilmu pengetahuan disitu, maka Allah akan mempermudahkan baginya suatu jalan untuk menuju ke syurga." (Riwayat Muslim)

1379. Dari Abu Hurairah r.a. pula bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk -yakni kebenaran-, maka baginya adalah pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, tidak dikurangi sedikitpun dari pahala mereka itu." (Riwayat Muslim)

1380. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apabila anak Adam -yakni manusia- meninggal dunia, maka putuslah amalannya -yakni tidak dapat menambah pahalanya lagi-, melainkan dari tiga macam perkara, yaitu sedekah jariah atau ilmu yang dapat diambil kemanfaatannya atau anak yang shalih yang suka mendoakan untuknya." (Riwayat Muslim)

1381. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Dunia ini adalah terlaknat, terlaknat pula apa-apa yang ada di atasnya, melainkan yang berdzikir kepada Allah dan apa-apa yang menyamainya, juga orang yang alim -berilmu- serta orang yang menuntut ilmu." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa itu adalah hadits hasan. Sabda Nabi s.a.w.: "Wa maa walah" artinya: Dan apa-apa yang menyamainya, ialah taat atau melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala.

1382. Dari Anas r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa keluar untuk menuntut ilmu, maka ia dianggap sebagai orang yang berjihad fisabilillah sehingga ia kembali." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1383. Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Rasulullah s.a.w., sabdanya: "Tiada sekali-kali akan kenyanglah seorang mu'min itu dari kebaikan, sehingga penghabisannya nanti adalah syurga." Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1384. Dari Abu Umamah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Keutamaan orang alim atas orang yang beribadah -ahli ibadah namun tidak berilmu- ialah seperti keutamaanku atas orang yang terendah diantara engkau semua." "Selanjutnya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya, juga para penghuni langit dan bumi, sampaipun semut yang ada di dalam liangnya, bahkan sampaipun ikan yu, sesungguhnya semua itu menyampaikan kerahmatan kepada orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada para manusia." Adapun yang selain Allah ialah memohonkan -berdo'a- agar orang-orang yang mengajar kebaikan itu diberi kerahmatan oleh Allah. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1385. Dari Abuddarda' r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari sesuatu ilmu pengetahuan di situ, maka Allah akan memudahkan untuknya suatu jalan untuk menuju syurga, dan sesungguhnya para malaikat itu sesungguhnya meletakkan sayap-sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu itu, karena ridha sekali dengan apa yang dilakukan oleh orang itu. Sesungguhnya orang alim itu dimohonkan pengampunan untuknya oleh semua penghuni di langit dan penghuni-penghuni di bumi, sampaipun ikan-ikan yu yang ada di dalam air. Keutamaan orang alim atas orang yang beribadah itu adalah seperti keutamaan bulan atas bintang-bintang yang lain. Sesungguhnya para alim ulama adalah pewarisnya para Nabi, sesungguhnya para Nabi itu tidak mewariskan dinar ataupun dirham, sesungguhnya mereka itu mewariskan ilmu. Maka barangsiapa dapat mengambil ilmu itu, maka ia telah mengambil dengan bagian yang banyak sekali." (Riwayat Abu Dawud dan Tirmidzi)

1386. Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Allah memberikan kenikmatan kepada seorang yang mendengarkan sesuatu ucapan dari kami -yakni dari Nabi s.a.w.- lalu ia menyampaikannya sebagaimana yang didengar olehnya. Maka banyak sekali orang yang diberi berita itu lebih dapat mengingat-ingat -yakni lebih memperhatikan- daripada orang yang mendengarnya sendiri?" Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan shahih. Maksudnya, seringkali orang ketiga lebih faham maksud dan makna ilmu tersebut daripada orang kedua, padahal orang ketiga mendapat ilmu tersebut melalui perantaraan orang kedua yang didapatkannya dari orang pertama (yakni Rasulullah s.a.w).

1387. Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang ditanya mengenai sesuatu ilmu, lalu ia menyimpannya -yakni tidak suka menerangkan yang benar-, maka ia akan diberi kendali -di mulutnya- besok pada hari kiamat dengan kendali dari neraka." Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud serta Tirmidzi dan Tirmidzi mengatakan bahwa ini adalah hadits hasan.

1388. Dari Abu Hurairah r.a. pula, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan dari golongan ilmu yang semestinya untuk digunakan mencari keridhaan Allah 'Azzawajalla, tetapi ia mempelajarinya itu tiada lain maksudnya, kecuali hendak memperoleh sesuatu tujuan dari keduniaan, maka orang yang sedemikian tadi tidak akan dapat menemukan keharuman syurga pada hari kiamat." Yakni bau harumnya syurga itu tidak akan dapat dirasakannya. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dengan isnad shahih.

1389. Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya Allah itu tidak mencabut ilmu pengetahuan dengan sekaligus pencabutan yang dicabutnya dari para manusia, tetapi Allah mencabut ruhnya -wafatnya- para alim ulama, sehingga apabila tidak ditinggalkannya lagi seorang alimpun -di dunia ini-, maka orang-orang banyak akan mengangkat para pemimpin -atau kepala-kepala pemerintahan- yang bodoh-bodoh. Mereka -para pemimpin dan kepala pemerintahan- itu ditanya, lalu memberikan keterangan fatwa tanpa menggunakan dasar ilmu pengetahuan. Maka akhirnya mereka itu semuanya sesat dan menyesatkan -orang lain-." (Muttafaq 'alaih)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar