Sabtu, 08 November 2014

SYIRIK : Jimat, Jampi-jampi, Guna-guna atau Pelet dan Riya

Tanda-Tanda Orang Kena Santet/Pelet
Asalamualaikum wr.wb.
Di zaman modern seperti sekarang ini, ternyata masih banyak yang menggeluti dunia mistik. Baik itu mempelajari ilmu hitam atau putih. Kalau Anda merasa khawatir terkena guna-guna santet atau pelet silahkan melihat 15 tanda-tanda di bawah ini. Biasanya orang yang terkena guna-guna maupun pelet, tingkah laku sehari-harinya tidak normal. Begitu juga orang yang secara sengaja atau tidak sengaja kemasukan jin. Biasanya pada awalnya orang yang terkena tidak akan menyadarinya. Namun bisa dilihat dari tanda-tanda yang ada pada dirinya.

Beberapa tanda-tandanya antara lain:
1. Orang tersebut akan merasa dirinya tidak rileks
2. Jika tidur orang tersebut akan mengeluarkan air liur ke bantal dan kadang pada saat tidur giginya akan seperti mengigit sesuatu sehingga akan terdengar suatu suara
3. Sewaktu orang itu bangun dari tidur maka orang itu akan merasa kehausan dan tidak ada air di dalam mulut dan kerongkongan dan setelah
itu dia akan meminum air banyak sekali 4. Orang itu akan merasa Stress
5. Orang itu akan selalu bermimpi buruk yang membuat dia ketakutan
6. Jika orang itu berjalan sendirian di kegelapan dia akan merasa ketakutan seperti ada seseorang yang mengikutinya dan jika dia berusaha untuk menengok kebelakang maka dia tidak melihat apa2
7. Jika orang itu mendengar suara adzan dia tidak suka dan seperti merasa tertekan/ada tekanan di dirinya tetapi dia malu untuk mengatakannya.
8. Jika orang itu mendengar/dengar Al Quran maka dia tidak suka atau akan membuat dirinya merasa gelisah
9. Orang itu akan suka menyendiri dan tidak suka berkumpul dengan orang pada point ini khusus jika Jin tersebut mulai mengontrol orang itu
10. Orang itu tidak suka mengunjungi orang dan dia tidak suka di kunjungi orang pada point ini khusus jika Jin tersebut mulai mengontrol orang itu
11. Orang tersebut tidak suka bersih baik dalam kebersihan dirinya maupun apapun di sekelilingnya.
12. Orang itu akan merasa suatu bagian tubuhnya itu kadang merasa panas dan kadang merasa kedinginan, atau kadang kedinginan dan kadang
kepanasan dan kadang cuma di bagian - bagian tertentu di tubuhnya dan itu pun tergantung pada Jin di dalam tubuh itu kuat atau tidak, mempunyai kontrol atau tidak dan apakah Jin itu mempunyai ilmu atau tidak
13. Orang itu merasa melihat sesuatu dan apa yg dia lihat itu bergerak cepat sekali tetapi orang tersebut tidak bisa melihatnya
14. Beberapa orang akan melihat hewan seperti ular, ulat dsb tetapi apa yg dilihatnya itu tidak benar atau tidak nyata.
15. Beberapa orang akan merasakan sakit di kepala, tangan, kaki, dan di bagian-bagian tertentu di tubuh tetapi jika di cek medis tidak menemukan suatu penyakit Apapun.

Kalau Anda mendapati gejala-gejala seperti di atas, silahkan konsultasikan ke ahlinya. Untuk sekedar info saja, Anda bisa kunjungi disini.
Sumber: indoforum.

Tanda-tanda orang yang kena guna-guna / kemasukan jin baik itu guna-guna seperti (pelet , santet dkk ) maupun secara tidak sengaja kemasukan Jin dan orang tersebut tidak menyadarinya di saat awal

Guna-guna atau pelet
Guna-guna atau pelet  adalah salah satu dari jenis-jenis sihir yang biasa digunakan oleh para tukang sihir. Ia sering juga disebut dengan sihir mahabbah atau sihir cinta. Perbuatan semacam ini termasuk dalam perbuatan syirik, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Nabi saw bersabda,”Sesungguhnya santet, jimat dan pelet adalah syirik.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

Sebagaimana firman Allah swt :“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan
malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." (QS. Al Falaq : 1-5)

Tentunya untuk mengatasi pengaruh sihir orang itu kepada diri anda adalah dengan senantiasa berdoa kepada Allah swt, meminta pertolongan-Nya agar dilepaskan darinya serta biasakan diri anda untuk membaca Al Qur’an setiap harinya dan menghidupkan dzikir-dzikir yang disyariatkan pada awal pagi dan awal petang. Selain itu anda pun bisa membaca ayat-ayat berikut : Surat Al Fatihah; Surat al Ikhlas; Surat al Falaq; Surat an Naas; QS al Baqoroh 1-5 alif-laam-miim dzaalika alkitaabu laa rayba fiihi hudan lilmuttaqiina alladziina yu/minuuna bialghaybi wayuqiimuuna alshshalaata wamimmaa razaqnaahum yunfiquuna waalladziina yu/minuuna bimaa unzila ilayka wamaa unzila min qablika wabial-aakhirati hum yuuqinuuna ulaa-ika 'alaa hudan min rabbihim waulaa-ika humu almuflihuuna

102: waittaba'uu maa tatluu alsysyayaathiinu 'alaa mulki sulaymaana wamaa kafara sulaymaanu walaakinna alsysyayaathiina kafaruu yu'allimuuna alnnaasa alssihra wamaa unzila 'alaa almalakayni bibaabila haaruuta wamaaruuta wamaa yu'allimaani min ahadin hattaa yaquulaa innamaa nahnu fitnatun falaa takfur fayata'allamuuna minhumaa maa yufarriquuna bihi bayna almar-i wazawjihi wamaa hum bidaarriina bihi min ahadin illaa bi-idzni allaahi wayata'allamuuna maa yadhurruhum walaa yanfa'uhum walaqad 'alimuu lamani isytaraahu maa lahu fii al-aakhirati min khalaaqin walabi/sa maa

163-164: >wa-ilaahukum ilaahun waahidun laa ilaaha illaa huwa alrrahmaanu alrrahiimu. >inna fii khalqi alssamaawaati waal-ardhi waikhtilaafi allayli
waalnnahaari waalfulki allatii tajrii fii albahri bimaa yanfa'u alnnaasa wamaa anzala allaahu mina alssamaa-i min maa-in fa-ahyaa bihi al-ardha
ba'da mawtihaa wabatstsa fiihaa min kulli daabbatin watashriifi alrriyaahi waalssahaabi almusakhkhari bayna alssamaa-i waal-ardhi laaayaatin liqawmin ya'qiluuna.

Anda bisa membaca ayat-ayat tersebut terutama ketika anda merasakan pengaruh dari sihir tersebut, baik ketika anda terbayang-bayang wajahnya, ingin bertemu dengannya, perasaan cinta kepadanya yang sebenarnya bukan kehendak anda atau sejenisnya.

Upaya pengobatan ini bisa anda lakukan sendiri dengan penuh ketawakalan kepada Allah swt atau anda juga bisa meminta kepada seorang ahli agama untuk meruqyah dengan cara-cara yang dibenarkan syariat tanpa mengandung kemusyrikan.

Anda tidak perlu membalas kejahatannya dengan kejahatan yang lain, terlebih lagi apabila itu dilakukan dengan cara-cara sihir lagi yang diharamkan Allah swt. Semoga Allah swt memberikan pertolongan-Nya kepada anda dan kesabaran didalam diri anda. Wallahu A’lam

Hukuman bagi yang berbuat :
Maka barangsiapa yang telah sampai kepadanya Al-Qur`an dan juga dakwah (Islam) telah sampai kepadanya dan dia berbuat syirik dalam keadaan dia hidup di tengah-tengah kaum muslimin maka sesungguhnya dia adalah musyrik.

Dan berkata sebagian Ahlul 'Ilmi: Sesungguhnya orang ini apabila tersembunyi atasnya terhadap apa yang terjadi padanya dari kesyirikan dengan sebab para da'i kesesatan dan kesyirikan dan dengan sebab banyaknya para penyesat di sekitarnya dan tersembunyi atasnya perkara tersebut maka sesungguhnya dia dalam keadaan (seperti) ini, perkaranya diserahkan kepada Allah maka hukumnya adalah (sebagaimana) hukum ahlul fatrah (orang-orang yang belum sampai kepadanya rasul ataupun dakwah Islam) apabila dia tidak mengetahui (perkara tersebut). Akan tetapi apabila dia meninggal (sebelum dia bertaubat dari kesyirikannya) maka dia diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan kaum musyrikin maka dia tidak boleh dimandikan, tidak boleh dishalati dan tidak boleh dikuburkan di pekuburan kaum muslimin.

Kalau bisa tambahin:
Surat Al Baqoroh ayat 255
6. Surat Al Baqoroh ayat 285 – 286
7. Surat Al Imran ayat 18 – 19
8. Surat Al A’raf ayat 54 – 55
9. Surat Al A’raf ayat 117 – 118
10. Surat Yunus ayat 81 – 82
11. Surat Thaha 69
12. Surat al Mu’minun ayat 115 – 117
13. Surat Ash Shaffat ayat 1 – 10
14. Surat al Ahqaf ayat 29 – 32
15. Surat ar Rahman ayat 33 – 36
16. Surat al Hasyr 21 – 24
17. Surat Al Jinn ayat 1 – 9

Guna-guna dan Obatnya
Ustadz menjawab
Assalamualaikum wr.wb.
Saya pernah diberikan minuman oleh teman laki - laki berupa air putih dan itu dilakukan berulang kali, dia bilang air putih itu berfungsi untuk membersihkan guna - guna yang menurut dia ada dalam diri saya,akan tetapi setelah minum air itu saya merasa selalu terbayang-bayang dia
dan selalu ingin dekat dengannya.
Yang ingin saya tanyakan:
1. Apakah itu yang dinamakan diguna-guna? karena saya selalu menuruti apa saja yang dia suruh kesaya.
2. Bagaimana cara mengatasinya? karena sampai sekarang saya masih sering teringat dia terus.
3. Doa apa yang harus saya baca supaya saya bisa melupakan dia? apakah saya harus minta bantuan orang lain untuk membantu saya ataukah
saya bisa lakukan sendiri?
4. Harus kah saya membalas perbuatannya ataukah cukup mendoakan dia supaya tersadar dari perbuatan jahatnya Terima kasih , mohon pencerahan

Jawaban
Guna-guna atau pelet adalah salah satu dari jenis-jenis sihir yang biasa digunakan oleh para tukang sihir. Ia sering juga disebut dengan sihir mahabbah atau sihir cinta. Perbuatan semacam ini termasuk dalam perbuatan syirik, sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa Nabi saw bersabda,”Sesungguhnya santet, jimat dan pelet adalah syirik.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Majah)

Para tukang sihir didalam melakukan sihirnya terkadang menggunakan benda-benda yang telah digunakan oleh orang-orang yang menjadi target
sihirnya, seperti sapu tangan, baju, sisir, gelas, atau alat-alat lainnya, sebagaimana firman Allah swt :“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki." (QS. Al Falaq : 1-5)

Imam Ahmad meriwayatkan dari Zaid bi Arkom berkata bahwa Rasulullah saw telah disihir oleh seorang laki-laki dari Yahudi. Beliau merasakannya hingga beberapa hari. Zaid berkata,”Lalu Jibril pun datang menemuinya.” Dan berkata, ”Sesungguhnya seorang laki-laki Yahudi telah menyihirmu. Dia membuat sebuah buhul yang ditujukan kepadamu dan diletakkan di dalam sumur ini dan itu. Maka kirimlah (seseorang) untuk ke sana agar mengambulnya.” Lalu Rasulullah saw mengutus Ali dan mengambilnya. Kemudian Ali membawanya dan mengurainya.”..

Dan apa yang dilakukan orang itu kepada anda bisa dimungkinkan salah satu bentuk sihir yang ditujukan kepada anda. Tentunya untuk mengatasi pengaruh sihir orang itu kepada diri anda adalah dengan senantiasa berdoa kepada Allah swt, meminta pertolongan-Nya agar dilepaskan darinya serta biasakan diri anda untuk membaca Al Qur’an setiap harinya dan menghidupkan dzikir-dzikir yang disyariatkan pada awal pagi dan awal petang.

Selain itu anda pun bisa membaca ayat-ayat berikut :
1. Surat Al Fatihah ayat 1 – 7
2. Surat Al Baqoroh ayat 1 – 5
3. Surat Al Baqoroh ayat 102
4. Surat Al Baqoroh ayat 163 – 164
5. Surat Al Baqoroh ayat 255
6. Surat Al Baqoroh ayat 285 – 286
7. Surat Al Imran ayat 18 – 19
8. Surat Al A’raf ayat 54 – 55
9. Surat Al A’raf ayat 117 – 118
10. Surat Yunus ayat 81 – 82
11. Surat Thaha 69
12. Surat al Mu’minun ayat 115 – 117
13. Surat Ash Shaffat ayat 1 – 10
14. Surat al Ahqaf ayat 29 – 32
15. Surat ar Rahman ayat 33 – 36
16. Surat al Hasyr 21 – 24
17. Surat Al Jinn ayat 1 – 9
18. Surat al Ikhlas ayat 1 – 4
19. Surat al Falaq ayat 1 – 5
20. Surat an Naas ayat 1 – 6

Anda bisa membaca ayat-ayat tersebut terutama ketika anda merasakan pengaruh dari sihir tersebut, baik ketika anda terbayang-bayang wajahnya, ingin bertemu dengannya, perasaan cinta kepadanya yang sebenarnya bukan kehendak anda atau sejenisnya. Upaya pengobatan ini bisa anda lakukan sendiri dengan penuh ketawakalan kepada Allah swt atau anda juga bisa meminta kepada seorang ahli agama untuk meruqyah dengan cara-cara yang dibenarkan syariat tanpa mengandung kemusyrikan.

Anda tidak perlu membalas kejahatannya dengan kejahatan yang lain, terlebih lagi apabila itu dilakukan dengan cara-cara sihir lagi yang
diharamkan Allah swt. Semoga Allah swt memberikan pertolongan-Nya kepada anda dan kesabaran didalam diri anda.Wallahu A’lam

Ustadz Sigit/eramuslim

MENGHINDARI JIMAT, JAMPI, PERDUKUNAN DAN PARANORMAL
Assalamualaikum wr.wb. bismillahirrohmanirrohim.
Bertawakkal dan berpegang teguh hanya kepada Allah dalam semua urusan adalah prinsip dasar keimanan. Firman Allah :
“ Karena itu, hendaklah kepada Allah saja, orang –orang mukmin bertawakkal” QS. Al Imran 3:160
“ Dan hanya kepada Allah, hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang beriman” QS. Al Maidah 5:23
“Dan barang siapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkannya” QS. Al Munafiqun 65:3

Penggunaan sarana-sarana untuk mencapai tujuan dengan tetap berkeyakinan – bahwa keberhasilannya tergantung pada Allah- tidak menafikan makna tawakkal. Rasulullah SAW orang yang paling bertawakkal kepada Allah tetap menggunakan sarana-sarana fisik untuk memenuhi kebutuhannya seperti berobat sewaktu sakit, dsb. Penggunaan sarana-sarana jahiliyyah untuk mencapai tujuan, tidak diperbolehkan bagi setiap muslim, bahkan ia wajib menolak dan memeranginya.Demikianlah yang pernah dilakukan oleh Nabi beserta para sahabatnya. Islam memberikan penjelasan yang membedakan cara jahiliyyah dan Islamiyyah dalam hal jimat dan jampi untuk menjaga dan melindungi aqidah ummat dari keterpurukan syirik.

Ta’rif dan Hukumnya
1. AT TAMA’IM/JIMAT
At Tama’im adalah bentuk jama’ dari kata Tamimah, yaitu untaian batu atau semacamnya yang oleh orang Arab terdahulu dikalungkan pada leher, khususnya anak-anak, dengan dugaan ia bisa mengusir jin, atau menjadi benteng dari pengaruh jahat, dan semacamnya. Dalam bahasa kita sering disebut dengan jimat, atau pusaka.
Tradisi ini kemudian dibatalkan oleh Islam. Bahwa tidak ada yang bisa menolak dan menghalangi bahaya kecuali Allah. (QS. Al An'am 6:17)
Sabda Nabi : Dari Uqbah bin Amir, ia berkata : Rasulullah saw bersabda: “ Barang siapa menggantungkan tamimah (jimat) semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya, dan barang siapa menggantungkan wada’ah (sesuatu yang diambil dari laut, menyerupai rumah kerang. Menurut anggapan jahiliyah dapat digunakan sebagai penangkal penyakit) semoga Allah tidak memberi ketenangan pada dirinya”. HR. Ahmad.

Termasuk dalam pengertian tamimah adalah : jami’ah (aji-ajian terbuat dari tulisan), khorz (jimat penangkal terbuat dari benda-benda kecil dari laut dan semacamnya), hijab (jarum tusuk atau semacamnya yang diyakini bisa membentengi diri) dan semacamnya.
Jika tamimah terbuat dari ayat-ayat Al Qur’an, atau memuat nama-nama dari sifat Allah, ulama salaf berbeda pendapat dalam hal ini. Sebagian memperbolehkan dan sebagian lain melarang, dengan alasan :
a. Umumnya dalil yang melarang bentuk tamimah
b. Saddudz-Dzari’ah (preventif), karena memperbolehkan tamimah dari Al Qur’an akan membuka peluang dari selainnya.
c. Diperbolehkannya tamimah dari Al Qur’an, menjadi bentuk pelecehan Al Qur’an. Karena pemakainya akan membawanya ke tempat-tempat najis atau sejenisnya. Seperti waktu buang hajat, haidh, junub, dan sebagainya.
d. Tamimah dengan Al Qur’an akan berdampak pada pengecilan peran dan tujuan Al Qur’an diturunkan. Sebab Al Qur’an diturunkan untuk menjadi petunjuk,bukan untuk tamimah dan isi kalung.

2. RUQYAH/JAMPI-JAMPI
Ruqyah adalah kalimat-kalimat atau gumaman-gumaman tertentu yang biasa dilakukan orang jahiliyah dengan keyakinan bisa menangkal bahaya, menyembuhkan penyakit, dsb, dengan meminta bantuan kepada jin, atau dengan menyebut nama-nama asing dan kata-kata yang tidak difahami. Islam melarang perbuatan ini, sebagaimana dalam sabda Nabi :
“Sesungguhnya ruqyah, tamimah, dan tiwalah (sesuatu yang dibuat/dibikin dengan anggapan menjadikan suami/istri mencintai pasangannya, sering disebut :guna-guna/pelet ) adalah syirik” HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibn Majah.
Ruqyah yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah ruqyah yang berisi permohonan pertolongan kepada selain Allah.

Adapun ruqyah yang menggunakan Asma, sifat, firman Allah, dan pernah dicontohkan Rasulullah , maka hukumnya jaiz/boleh, bahkan dianjurkan. Seperti yang ditunjukkan oleh hadits Imam Muslim :Dari Auf bin Malik ra, berkata:”Saya pernah meruqyah di masa jahiliyyah, lalu saya bertanya kepada Rasulullah: “Bagaimana menurutmu Ya Rasulallah? Sabda Nabi : “Tunjukkan kepadaku jampi-jampi kalian, tidak apa-apa selama tidak mengandung syirik”.

Dengan demikian hukum mantera ada dua macam : haram dan halal.
a. Haram
Mantera/jampi yang haram adalah yang di dalamnya terdapat permohonan bantuan kepada selain Allah, atau dengan selain Bahasa Arab. Mantera yang demikian bisa menyebabkan kafir atau ucapan yang mengandung syirik.

b. Halal/boleh
Imam Nawawi, Ibn Hajar, dan As Suyuti memperbolehkan ruqyah selain yang tersebut di atas dengan syarat :
1. menggunakan kalamullah, asma’ atau sifat-Nya
2. menggunakan Bahasa Arab dan diketahui maknanya
3. berkeyakinan bahwa ruqyah tidak mempunyai pengaruh dengan sendirinya, akan tetapi karena taqdir Allah.
3. AR RAML/MERAMAL

Ar Raml adalah cara mencari barang yang hilang dengan cara membuat garis-garis di atas pasir/tanah.. Termasuk dalam kategori ini adalah ramalan bintang/astrologi, yang dalam agama dikenal dengan istilah tanjim. Perbuatan ini termasuk dalam kategori sihir dan dajl (kebohongan besar).

Rasulullah bersabda :“Barangsiapa mengutip ilmu (pengetahuan) dari bintang, ia telah mengutip satu cabang dari sihir, ia bertambah sesuai dengan tambahan yang dikutip”. HR. Abu Daud, Ibn Majah, Ahmad.

Hadits ini ditujukan kepada orang yang mempelajari aspek perbintangan yang bisa menghantarkan kepada kekufuran, seperti mengklaim ilmu ghaib. Hal ini termasuk sihir dan syirik, sebab tidak ada yang mengetahui alam gaib selain Allah.
Hadits ini tidak ditujukan kepada orang yang mempelajari jarak bintang, posisi, ukuran besar, daerah edarnya dan semacamnya, yang bisa diketahui dengan pengamatan, teleskop dan semacamnya yang dikenal dengan ilmu falak (astronom). Sebab ilmu ini memiliki dasar kaidah dan sarananya.

Perbuatan yang sama dengan tanjim adalah kahanah dan arrafah, pelakunya disebut Kahin dan Arraf.
Kahin adalah orang yang menginformasikan tentang hal-hal gaib di masa datang, atau yang menginformasikan tentang sesuatu yang ada pada hati manusia.

Arraf adalah nama yang mencakup Kahin, Munajjim (pelaku tanjim)Rammal (peramal) dan semacamnya, yang mengaku mengetahui ilmu gaib, baik tentang masa datang atau yang ada pada hati manusia, baik dengan cara berhubungan dengan jin, atau melihat (mengamati) atau dengan menggaris-garis di pasir, atau membaca telapak tangan, lepek (tatakan gelas) atau benda lainnya.

Rasulullah SAW bersabda tentang mereka:“Siapa yang mendatangi Arraf lalu ia menanyakan sesuatu dan membenarkannya, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari” HR. Muslim dan Ahmad.

“Barangsiapa mendatangi Kahin (dukun) lalu ia membenarkan apa yang diucapkannya, niscaya ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad SAW. HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, Ibn Majah, Ahmad dan Ad Darimiy.

Demikian ini keadaan orang yang mendatangi dukun. Bagaimana dengan yang ditanya (dukunnya)? Perbuatan demikian dilarang dalam Islam dan dianggap kufur terhadap ajaran yang diturunkan kepada Muhammad, karena dalam ajaran itu ditegaskan bahwa tidak ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah SWT.

Pola perdukunan di masa Jahiliyah terbagi dalam tiga macam :
1. Bekerja sama dengan jin, yang memberikan informasi kepada dukun itu, setelah mencuri informasi dari langit.
2. Memberitahukan sesuatu yang diketahui dan pernah terjadi di wilayah lain, kepada orang yang bertanya sesuatu kepadanya.
3. Munajjim, dengan menggunakan bintang-bintang.

Wallahu a’lam

Keluarga Permata

Hukum Mempelajari Ilmu Nujum
Ilmu nujum oleh para ulama dibagi menjadi dua: Pertama, apa yang telah disebutkan di atas yaitu ilmu yang dipergunakan untuk menentukan kejadian-kejadian di bumi karena munculnya bintang ini dan itu.Mempelajari ilmu ini adalah haram. Berdasarkan hadits Ibnu ‘Abbas di atas.
Kedua, mengetahui peredaran bintang untuk menentukan arah kiblat atau waktu. Hal ini diperbolehkan bahkan terkadang hukumnya wajib. Ulama fiqih mengatakan bahwa apabila masuk waktu shalat maka wajib setiap orang untuk mengetahui arah kiblat, baik dengan bintang-bintang, matahari maupun bulan.
Allah saw berfirman:“Dan dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu dan dia menciptakan sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. Dia menciptakan tanda-tanda penunjuk jalan dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapatkan petunjuk...” (An-Nahl: 15-16) [Lihat Al-Qaulul-Mufid, 2/45]

Tanya Jawab
Tanya: Bila belajar ilmu sihir itu adalah haram, bagaimana dengan hadits Rasulullah : ِ “Belajarlah kalian ilmu sihir dan jangan kalian mengamalkannya.” Jawab: Al-Lajnah Ad-Daimah (Lembaga Fatwa Saudi Arabia) mengatakan: “Kita tidak mengenali hadits ini shahih atau lemah, bahkan hadits ini adalah maudhu’ (palsu).” (1/367-368 no. 6289 dan 6970) Tanya: Apabila tukang sihir itu hukumnya harus dibunuh, bolehkah individu yang melakukan hal demikian
Jawab:
Al-Lajnah Ad-Daimah (Lembaga Fatwa Saudi Arabia (ed)). mengatakan: “Yang memiliki hak dan tanggung jawab untuk menetapkan bahwa ini adalah sihir, serta hukuman bagi pelakunya adalah pemerintah yang mengurusi urusan kaum muslimin. Hal ini untuk menutup pintu-pintu meluasnya kerusakan dan agar tidak terjadi kekacauan dan huru-hara.” (1/369 no. 4804).

Tanya: Apa yang dimaksud oleh sabda Rasulullah :
“Sesungguhnya sebagian dari al-bayan (kefasihan) itu adalah sihir.” (HR. Al-Bukhari dari hadits Ibnu ‘Umar dan Muslim dari shahabat ‘Ammar bin Yasir )
Jawab:
Al-Bayan dari sisi tinjauan bahasa memiliki dua makna:
1. menjelaskan sesuatu yang harus dijelaskan, maka hal ini boleh dilakukan oleh setiap orang.
2. kefasihan dalam berbicara sehingga menakjubkan akal bahkan mengubahnya. Makna yang kedua inilah yang dimaksud Rasulullah dengan kefasihan pembicaraan, yang menyebabkan kebenaran dalam pandangan pendengarnya menjadi sesuatu yang bathil dan kebathilan menjadi sesuatu yang benar.” (Al-Qaulul Mufid, 2/54)

Tanya: Bolehkah menghilangkan sihir dari orang yang terkena sihir?
Jawab:
Menghilangkan sihir dari orang yang terkena sihir disebut dengan an-nusyrah. Apabila menghilangkan sihir tersebut dengan sihir yang lain maka ini adalah perbuatan setan dan hukumnya haram. Dan apabila menghilangkannya dengan bacaan-bacaan yang disyariatkan, doa, ayat-ayat Al Qur’an maka hal yang demikian disyariatkan.

Allah berfirman: “Dan tolong-menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian tolong-menolong di dalam dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)

Rasulullah bersabda:“Barang siapa yang mampu memberikan manfaat kepada saudaranya maka lakukanlah.” (Lihat A’lam As-Sunnah Al-Mansyurah, hal. 155) Wallahu a’lam bishshawab.

indahnya bertauhid

RIYAA/SYIRIK KECIL
Rasulullah SAW ber sabda: "Sesungguhnya yang paling aku takut menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil). Sahabat bertanya:" Apakah syirik kecil itu? Beliau menjawab: Riya. "(HR Imam Ahmad)
Beliau SAW bersabda: "Maukah kalian aku beritahu sesuatu yang lebih aku takutkan dari Dajjal?
Kami katakan: Tentu. Beliau bersabda: Riya, syirik yang tersembunyi yaitu ketika seseorang mengerjakan shalat lalu dia menyempurnakan shalatnya saat mengetahui seseorang memandangnya." (HR Ibnu Majah)

Nabi saw. bersabda: "Siapapun sum'ah (memperdengarkan amalnya), maka Allah akan memperdengarkan aibnya dan siapapun beramal karena riya (memperlihatkan amalnya) maka Allah akan membuka niatnya di hadapan manusia pada hari kiamat." (HR Bukhari dan Muslim)

>Riya adalah menampakan atau memperlihatkan ibadah dengan niat mendapat perhatian atau pujian manusia, posisi atau penghargaan atau keuntungan duniawi.
>Sum'ah adalah memperdengarkan atau menceritakan atau memberitahukan ibadah dengan niat mendapat perhatian atau pujian manusia, posisi atau penghargaan atau keuntungan duniawi. Cara penyampaian bisa secara lisan atau tulisan.

Beda antara riya dan sum'ah adalah riya bersangkutan dengan indera mata atau penglihatan, sedangkan sum'ah bersangkutan dengan indera telinga atau pendengaran.
Riya adalah menampakan atau memperlihatkan.
Sum'ah adalah memperdengarkan atau menceritakan atau memberitahukan dengan cara berbicara atau menulis.

Berkata imam Qurthubi,: "Hakikat riya 'adalah menginginkan dunia dalam ibadah dan asalnya adalah menginginkan posisi di hati manusia."
Al Hafidz Ibn Hajar menjelaskan "Riya adalah menampakkan ibadah dengan tujuan agar dilihat manusia, lalu mereka memuji pelaku amal tersebut."

Dikatakan riya dan sum'ah adalah karena niat atau tujuan yang tidak ikhlas, niat untuk mendapat perhatian atau pujian manusia, posisi atau penghargaan atau keuntungan duniawi. Jadi hanya ALLAH saja yang mengetahui orang yang riya dan sum'ah.
Ibadah orang yang riya atau sum'ah akan ditolak dan tidak nilai disisi Allah.

>Rasulullah SAW. bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukan semata-mata untuk mengharap ridha Allah. (HR Abu Daud dan An-Nasa'i)
>Firman Allah, "Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Mereka yang mengerjakan kebaikan dengan riya." (Al Ma'un: 4-6)
>Nabi saw. bersabda: "Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat dan setiap orang akan mendapat ganjaran sesuai dengan niatnya." (HR Bukhari dan Muslim)
>Abu Hurairah  berkata, "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda," Sesungguhnya orang yang pertama kali diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di jalan Allah. Dia didatangkan kemudian dinampakkan kepadanya nikmat-nikmat yang diberikan kepadanya maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, "Apa yang kamu lakukan dengannya?"
Dia menjawab, "Aku berperang untuk-Mu sampai aku mati syahid."
Allah berfirman, "Engkau dusta, sebenarnya engkau berperang karena ingin disebut sebagai orang yang berani. Dan itu sudah kau dapatkan."
Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menggeretnya tertelungkup di atas wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Quran. Dia didatangkan kemudian ditampilkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatinya dan dia pun mengakuinya.
Allah bertanya, "Apakah yang sudah kau perbuat dengannya?"
Maka dia menjawab, "Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Quran karena-Mu."
Allah berfirman, "Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut sebagai orang alim. Engkau membaca Quran agar disebut sebagai Qari". Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menggeretnya tertelungkup di atas wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka.

Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan penghargaan banyak harta. Dia didatangkan dan ditampilkan kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, "Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya?"
Dia menjawab, "Aku telah sedekahkan harta di jalan-Mu dan untuk-Mu." Allah berfirman, "Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan untuk digelar orang yang dermawan dan engkau sudah memperolehnya. "Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk mengheretnya tertelungkup di atas wajahnya lalu dilemparkan ke dalam neraka." (HR Muslim)

by.hamba Allah

RIYA dan SUM'AH
Kata Riya berasal dari kata Ru'yah
Kalimat arar-rajulu di gunakan jika seseorang menampakan amal sholih agar di lihat manusia makna tersebut sejalan dengan firman ALLAH Yang Berbunyi :" orang-orang yang berbuat riya & sum'ah enggan menolong dengan barang berguna. (QS. Al-ma'uun 107 :6-7)
" dengan Rasa Angkuh & dengan maksud riya kepada manusia " (QS. Al-anfal 8:47)

Sedangkan kata sum'ah berasal dari kata samma'a...
Kalimat samma'a an nassa bi amalihi di gunakan jika seseorang menampakan amalnya kepada manusia Yang Semula Tidak Mengetahui. (kitab nul-arab,8/165)

Pengertian riya atau sum'ah dalam istilah para juru da'wah & para ulama akhlak adalah sikap seorang muslim yang menampakan amal sholihnya kepada manusia lain agar dirinya mendapat kedudukan dan penghargaan dari mereka atau mengharapkan harta benda mereka,,,Jika amal sholih itu d kerjakan di hadapan manusia dan di lihat langsung oleh mereka, Maka hal itu di namakan riya....

Akan tetapi jika amalannya di lakukan secara tersembunyi dari pengetahuan manusia, kemudian hal itu di bicarakan pada orang lain, maka hal demikian di namakan sum'ah. (kitab fathul baari 11/336)

Izzuddin Bin Abdussalam membedakan antara riya dan sum'ah adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk ALLAH, sedangkan sum'ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk ALLAH namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. (fathul barri jilid XI hal 336).

Dalam hal ini menurutnya semua riya itu adalah tercela, akan tetapi sum'ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena ALLAH dan untuk memperoleh Ridho-Nya dan tercela jika dia membicarakan amalnya di hadapan manusia, ungkapan ini sesuai dengan yang di maksud dalam nash-nash syariat d bawah ini.. Firman-Nya :"Hai orang-orang yg beriman , janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya & menyakiti (perasaan si penerima) seperti orang yg menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia " (QS. Al-baqarah 2:264)/pahala

Sabda Rosulallah saw :" Barang siapa yang berlaku sum'ah maka akan di perlakukan dengan sum'ah oleh ALLAH (di umumkan= aib-aibnya= di akhirat) dan barang siapa yang berlaku riya , maka akan di balas oleh ALLAH dengan riya (diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya). (HR. Bukhari)

Sesungguhnya yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil "para sahabat bertanya " apakah yg d maksud syirik kecil wahai Rosulallah ?"
Rosululloh saw bersabda: " riya... ALLAH berfirman : pada hari kiamat nanti ketika ia memberi ganjaran amalan perbuatan hamba-Nya " pergilah kalian kepada orang yg kalian berlaku riya terhadapnya, lihatlah apakah kalian memperoleh balasan dari mereka ?" kemudian Rosulallah SAW mendengar seseorang membaca dan melantunkan zikir dengan suara yang keras , lalu beliau saw bersabda:" sesungguhnya dia amat taat kepada ALLAH " orang tersebut adalah Al- Miqdaad Ibnul Aswad. (HR. Ahmad)

 Faktor2 penyebab riya dan sum'ah
1. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN-
Jika seorang anak yg tumbuh dalam asuhan sebuah keluarga yg memiliki suasana atw adat perilaku riya atw sum'ah maka sangat besar kemungkinan dirinya akan dapat terpengaruhi perilaku semacam itu jika penyakit itu telah bercokol dan berurat-berakar dan mengkristal dalam jiwa maka akan sangat sulit untuk mengikisnya karena itu Rosulallah saw selalu menekankan pentingnya faktor agama sebagai pasangan hidup kita..
Sabda Rosulullah saw :" maka pilihlah wanita yg taat dalam menjalankan agama , niscaya engkau akn beruntung (HR. Tirmidzi)
jika kalian didatangi oleh seseorang (untuk meminang " putrimu") untuk yang engkau ridhoi ahlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia dengan putrimu. (HR Tirmidzi)

2. PERSAHABATAN YANG BURUK
Persahabatan yang buruk hanya akan mengakibatkansikap riya dan sum'ah teritama bagi orang yang lemah pribadi dan mentalnya serta mudah terpengaruhi orang lain dengan mengikuti dan meniru teman2nya yang lama kelamaannya berumbi-berakar dalam jiwanya. Sehubungan dengan hal ini , sebagai muslim kita seperti yang telah di kemukakan sebelum ini d tuntut agar selektif dalam menjalin persahabatan dengan mereka yang baik , menghormati dan menjalankan syariah ALLAH

3.  TIDAK MEMILIKI MA'RIFAT KEPADA ALLAH
Tidak mengenal ALLAH dgn haqiqi dapat menimbulkan sikap riya atau sum'ah sebab orang yang jahil dan kurang mengenal ALLAH tidak akan mampu bersikap yang benar terhadap ALLAH,, karenaitu.. Berkembanglah dalam fikirannya bahwa ada sebagian manusia yang mampu menolak bahaya dan memberi manfaat ia bersikap riya dan sum'ah dalam setiap amalnya di hadapan sekelompok manusia yang menurutnya berkuasa dalam menentulan nasib mereka tujuannya tidak lain adalah agar dia memiliki sesuatu yang mereka miliki.Islam selalu menegaskan pentingnya mengenal ALLAH sebagai langkah pertama yang harus di tempuh sebelum melakukan segala sesuatu, firman-Nya:"maka ketahuilah bahwasanya tiada tuhan selain ALLAH" (QS Muhammad 47:19)

4. AMBISI MEMPEROLEH KEDUDUKAN A KEPEMIMPINAN
Ambisi untuk memperoleh kedudukan dan kepemimpinan dpt memotivasi sikap riya dan sum'ah dalam hal ini islam menekankan untuk menyeleksi dan menguji seseorang sebelum ia d limpahi suatu kepercayaan atau dukungan , firman ALLAH:"dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin, kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya " (QS An-nisaa 4: ?)
"Hai orang-orang yg beriman,apabila datang hijrah kepadamu perempuan2 yang beriman,maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka" (QS al-mumtahanah : ?)

5. TAMAK TERHADAP APA YG DIMILIKI ORANG LAIN
Sikap rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain serta ambisi terhadap harta duniawi dapat menyebabkan riya atw sum'ah sebagaimana di riwayatkan dari Abu Musa bahwa pd suatu hari Rosulullah saw di tanya
"ya Rosulallah, ada seseorag yang berperang untuk memperoleh ghanimah, ada yang ingin disebut2 dan ada yang ingin posisinya dilihat oleh manusia , yang manakah diantara mereka yang berperang dijalan ALLAH?"
Rosulullah saw menjawab " Barang sipa berperang dgn tujuan meninggikan kalimat ALLAH , maka dialah yang Berperang d jalan ALLAH " (HR. Bukhari)

"Barang siapa yg pergi berperang kemudian ia tak mengharapkan sesuatu kecuali memperoleh tali kendali , maka baginya apa yg ia niatkan" (HR.Nasaa'i & Darimi)

6. SUKA DIPUJI & DISANJUNG ORANG LAIN
Perangai suka atau senang pujian akan mendorong seseorang berlaku riya atau sum'ahini karena orang yg mempunyai kecenderungan berperangai semacam itu, umumnya berupaya agar dia menjadi buah bibir orang2 & d sebit2 dalam forum2mereka jika keinginannya terlaksana ,maka dia menjadi angkuh & congkak.

7. TERLALU KETAT DLM MEMBERIKAN PENILAIA
Sikap seorang pemimpin yg terlalu ketat dalam menilai seseorang akn menyebabkan lahirnya sikap riya atw sum'ah khususnya kepada mereka yg tidak memiliki jiwa yg besar & tidak kuat tekadnya benarlah Rosulallah saw yang tidak pernah berucap kecuali karena wahyu yang sampai kepadanya ketika beliau bersabda kepada Aisyah ra : " Barang siapa yg baik itu tidak mengerjakan sesuatu kecuali ia menilainya baik...& tidak meninggalkan sesuatu kecuali jika ia menilainya buruk" (HR Muslim danN Abu Dawud)

8. TERLALU DIKAGUMI ORANG LAIN
Rasa kagum yg berlebihan terhadap amalan seseorang dapat memotivasi timbulnya riya atau sum'ah pada diri orang yg di kagumi itu orang yang dikagumi akan semakin berusaha agar kekaguman orang2 semakin bertambah kepadanya, sehubungan dengan hal itu ajaran islam telah menyediakan benteng pemeliharaan bagi bagi umatnya dari penyakit ini sebab islam melarang sikap menampakan rasa kagum secara terang-terangan dihadapan orang yang dikagumi kalapun di fikir perlu di lakukan,,hendaklah d sertai oleh sikap waspada & hati2lah yaitu dengan mengucapkan " aku menilai fulan itu demikian,, & sesungguhnya ALLAH yg berhak menilainya & seyogyanya seseorang tidak mendahului penilaian ALLAH (HR Muttafaqun alaih)

9. LALAI TERHADAP DAMPAK BURUK RIYA & SUM'AH
TERAKHIR.... ketidak tahuan & kelalaian seseorang terhadap pengaruh buruk yg ditimbulkan oleh riya dan sum'ah dapat menjerumuskan seseorang kepada riya dan sum'ah....... semoga bermanfaat

Wallahu'alam bi'shawab....
LALILA AHWAH DINAYAH

BAHAYA RIYA’ DAN UJUB
Ketahuilah bahwa sesungguhnya penyakit yang paling besar serta mematikan yang menimpa hati manusia, serta dapat menjadikan amalan-amalan sia-sia, juga merusak seluruh perbuatan manusia serta melahirkan kekerasan dan kekejian adalah ; Riya dan Ujub.
Riya adalah lawan dari ikhlas, yaitu menampakkan ibadah dengan maksud selain mendapatkan ridho Allah, sedangkan ujub adalah bangga pada diri sendiri.

RIYA
Betapa bahayanya memiliki sifat riya’, Karena, alangkah banyak orang yang memperbanyak amalan, namun hal itu tidak memberikan manfaat kepadanya kecuali rasa capai dan keletihan semata di dunia dan siksaan di akhirat.
Ini diakibatkan karena tidak diterimanya amal yang telah dilakukannya. Untuk itu kita perlu tahu apa syarat diterimanya suatu amal.

Syarat diterimanya suatu amal adalah :
Yaitu harus terpenuhi dua perkara penting pada setiap amalan. Jika salah satu tidak tercapai, akibatnya amalan seseorang tidak ada harapan untuk diterima. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua : Amalan itu telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an, atau dijelaskan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya, dan mengikuti Rasulullah dalam pelaksanaannya.
“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya” [Al-Kahfi : 110]
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar amal yang dikerjakan ialah amalan shalih, yaitu amal perbuatan yang sesuai dengan aturan syari’at. Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang yang menjalankannya supaya mengikhlaskan amalan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak mencari pahala atau pamrih dari selain-Nya dengan amalan itu.

PERINTAH IKHLAS, LARANGAN BERBUAT RIYA DAN SYIRIK [3]
Ketahuilah, wahai saudara-saudara, bahwa semua amalan pasti terjadi dengan niat. Rasulullah saw bersabda.
“Sesungguhnya semua amalan ini terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan”
Dan dalam amal itu harus mengikhlaskan niat untuk Allah Ta’ala berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat ; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [Al-Bayyinah : 5]

Allah swt berfirman “Katakanlah : ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atas kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui” [QS Ali-Imran : 29]
Allah swt memperingatkan bahaya dari berbuat riya’, dalam firman-Nya. “Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu” [QS Az-Zumar : 65]

Rasulullah saw bersabda. “Barangsiapa mempelajari ilmu yang dengannya dicari wajah Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk meraih kesenangan dunia dengan ilmu itu, ia tidak akan mendapat aroma surga pada hari kiamat” [5]

Di antara jenis riya’ ialah sebagi berikut.
1). Riya Yang Berkaitan Dengan Badan
Misalnya dengan menampakkan kekurusan dan wajah pucat, untuk menampakkan bahwa ia rajin berpuasa.
2). Riya Dari Sisi Pakaian
Misalnya, mengenakan pakaian jenis tertentu agar dikatakan sebagai orang alim atau seorang ulama.
3). Riya Dengan Perkataan
Umumnya, riya’ seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan agama. Yaitu dengan memberi nasihat, memberi peringatan, menghafalkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat, dengan tujuan untuk berdiskusi dan melakukan perdebatan, menampakkan kelebihan ilmu, berdzikir dengan menggerakkan dua bibir di hadapan orang banyak, menampakkan kemarahan terhadap kemungkaran di hadapan manusia, membaca Al-Qur’an dengan merendahkan dan melembutkan suara. Semua itu untuk menunjukkan rasa takut, sedih, dan khusyu’ (kepada Allah, pent).
4). Riya’ Dengan Perbuatan
Seperti riya’nya seseorang yang shalat dengan berdiri sedemikian lama, memanjangkan ruku, sujud dan menampakkan kekhusyu’an, riya’ dengan memperlihatkan puasa, perang (jihad), haji, shadaqah dan semacamnya.

PERKARA YANG DISANGKA RIYA DAN SYIRIK, PADAHAL BUKAN !
1). Pujian Manusia Untuk Seseorang Terhadap Perbuatan Baiknya
Dari Abu Dzar, dia berkata : Ditanyakan kepada Rasulullah saw : “Beritakan kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda : “itu adalah kabar gembira yang segera bagi seorang mukmin” [HR Muslim, no. 2642, Pent)

2). Giatnya Seorang Hamba Melakukan Ibadah Pada Saat Dilihat Oleh Orang-Orang Yang Beribadah.
bahwasanya setiap mukmin menyukai beribadah kepada Allah Ta’ala, tetapi terkadang banyak kendala yang menghalanginya. Dan kelalaian telah menyeretnya, sehingga dengan menyaksikan orang lain itu, maka kemungkinan menjadi faktor yang menyebabkan hilangnya kelalaian tersebut, kemudian ia dapat menguji urusannya itu, dengan cara menggambarkan orang-orang lain itu berada di suatu tempat yang dia dapat melihat mereka, namun mereka tidak dapat melihatnya. Jika dia melihat jiwanya ringan melakukan ibadah, maka itu untuk Allah. Jika jiwanya merasa berat, maka keringanan jiwanya di hadapan orang banyak itu merupakan riya’. Bandingkan (perkara lainnya) dengan ini” [7]
Oleh karena itu hendaklah kita berada dalam jama’ah.

3). Membaguskan Dan Memperindah Pakaian, Sandal Dan Semacamnya
Di dalam Shahih Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi saw, bersabda. “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” [HR Muslim no. 2749, Pent]

4). Tidak Menceritakan Dosa-Dosanya Dan Menyembunyikan
Ini merupakan kewajiban menurut syari’at atas setiap muslim, tidak boleh menceritakan kemaksiatan-kemaksiatan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Semua umatku akan diampuni (atau : tidak boleh dighibah) kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya, Pent), lalu ketika pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”, padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya” [HR Al-Bukhari, no. 6069, Muslim no. 2990, Pent]

5). Seorang Hamba Yang Meraih Ketenaran Dengan Tanpa Mencarinya
Adapun mengenai bahaya Ujub sabda Rasulullah saw dalam hadits Haritsah bin Wahab :"Maukah kalian aku beritakan tentang penghuni neraka ; yaitu setiap orang yang berperangai jahat serta kasar (Lihat An-Nihayah 3/180), orang gemuk yang berlebih-lebihan dalam berjalannya (Lihat pula An-Nihayah 1/416), dan orang-orang yang sombong”. [HR Al-Bukhari dalam Tafsir surat Al-Qalam 4918 8/530, At-Tirmidzi bab Jahannam 13, Ibnu Majah bab Zuhud 4, Ahmad dalam Musnadnya 2/169, 214 dan 4/175-306]

Dan dari Ibnu Mas’ud dari Nabi saw bersabda :"Tidaklah masuk surga barang siapa yang di dalam hatinya terdapat kesombongan yang sebesar biji dzarah (atom) sekalipun”. [HR Muslim bab Imam 91 1/93 dan At-Tirmidzi bab Al-Birru was-shilah 1998-1999 4/360-361]

Dan dalam satu hadits disebutkan :"Ada tiga hal yang dapat membinasakan diri seseorang yaitu : Kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti serta seseorang yang membanggakan dirinya sendiri”.
Said bin Jabir berkata : “Sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan kebaikan lalu perbuatan baiknya itu menyebabkan ia masuk neraka, dan sesungguhnya seorang hamba melakukan perbuatan buruk lalu perbuatan buruknya itu menyebabkan dia masuk surga, hal itu dikarenakan perbuatan baiknya itu manjadikan ia bangga pada dirinya sendiri sementara perbuatan buruknya menjadikan ia memohon ampun serta bertobat kepada Allah karena perbuatan buruknya itu”. [Majmu 'Al-Fatawa 10/277]

Menyembah kepada Allah dan bersikap tawakal kepada-Nya adalah merupakan obat penawar untuk mencegah kedua penyakit yang buruk ini yaitu Ujub dan Takabur.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Seseorang yang melakukan riya’ pada hakekatnya ia tak melakukan firman Allah : (Hanya kepada-Mu aku menyembah), dan orang yang bersikap ujub (bangga kepada diri sendiri) pada hakekatnya ia tak melakukan firman Allah : (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan) dan barangsiapa yang melaksanakan firman Allah : (Hanya kepada-Mu kami menyembah), maka ia telah keluar dari sikap riya, dan barang siapa yang melaksanakan firman Allah (Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan), maka ia telah keluar dari sikap ujub”. [Majmu Al-Fatawa 10/277]

Washallallahu ‘ala nabiyyna Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.
END.

PENGARUH RIYA DALAM IBADAH
Hukum ibadah apabila disertai riya bisa dikatakan:  riya ada tiga macam:1. bahwa pendorong ibadah tersebut pada dasarnya adalah karena ingin dilihat manusia. Seperti orang yang berdiri shalat karena riya kepada manusia, karena ingin dipuji manusia terhadap shalatnya, maka ini membatalkan ibadah.
2. bahwa riya itu menyertai ibadah di pertengahan, maksudnya bahwa pendorongnya dalam beribadah pada awal mulanya adalah karena Allah Shubhanhu wa ta’alla, kemudian datang riya di saat beribadah, maka ibadah ini tidak terlepas dari dua perkara:
a. Bahwa permulaan ibadah tidak berkaitan dengan akhirnya, maka yang pertama sah dalam kondisi apapun dan yang terakhir batal (tidak ada pahala).
Contohnya seseorang yang mempunyai  seratus riyal, ia ingin bersedekah dengannya. Ia pun bersedekah lima puluh riyal dengan ikhlas. Kemudian datanglah penyakit riya pada lima puluh riyal yang tersisa. Maka yang pertama adalah sedekah yang shahih diterima, dan lima puluh sisanya adalah sedekah batil karena ikhlas bercampur dengan riya.
b. Bahwa permulaan ibadah berkaitan dengan akhirnya, maka saat itu manusia tidak terlepas dari dua perkara:
1. ia menolak riya dan tidak membiarkannya, bahkan ia berpaling dan membencinya, maka riya ini tidak memberi pengaruh sedikitpun, berdasarkan hadits Rasulullah saw bersabda: "Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla memaafkan dari umatku sesuatu yang dibicarakan oleh jiwanya selama ia tidak melakukan dan tidak berbicara."[HR. Al-Bukhari 5269 dan Muslim 127]

2. bahwa ia membiarkan riya ini dan tidak menghindarinya. Maka ketika itu batal semua ibadah, karena awalnya berkaitan dengan akhirnya. Contohnya: ia memulai shalat ikhlas karena Allah Shubhanhu wa ta’alla, kemudian datang penyakit riya atasnya di rekaat kedua, maka batallah shalatnya karena awal shalat terkait dengan akhirnya.

3. bahwa riya datang setelah selesai ibadah, maka ia tidak mempengaruhinya dan tidak membatalkannya, karena ia telah selesai dengan benar maka datangnya tidak merusaknya setelah itu. Dan bukan termasuk riya bahwa seseorang merasa senang manusia mengetahui ibadahnya, karena hal ini datang setelah selesai ibadah. Dan bukan termasuk riya bahwa seseorang merasa senang dengan melakukan taat, karena hal itu merupakan bukti imannya.
Rasulullah saw bersabda: 'Barangsiapa yang disenangkan oleh kebaikannya dan keburukan menyedihkannya maka itulah orang yang beriman."[Dari hadits Umar t: HR. Ahmad 1/18, 26, at-Tirmidzi 2165 dan ia berkata: Hasan shahih gharib, an-Nasai dalam dalam al-Kubra 9226, Ibnu Hibban 7254, al-Hakim 1/114, 115 (387, 390) ia menshahihkannya dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Dan dalam bab ini dari Abu Umamah dan Abu Musa]
Nabi Muhammad Shalallahu’alii wa sallam ditanya tentang hal itu, beliau menjawab:"Itulah berita gembira yang dipercepat bagi orang yang beriman."[HR. Muslim 2642] Syaikh ibnu Utsaimin – Fatawa Aqidah hal 200-201.

Oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah

TAK MAU BERDAKWAH KARENAKHAWATIR RIYA
Iklash adalah perkara amalan hati yang sangat sulitsekali dideteksi, bahkan terkadang diri kita sendiri tidak yakin sudahkahikhalsh atau belum.Seking samar dan sulitnya terkadang memilah iklash denganriya adalah  ibarat rambut dibelah tujuh.Misalnya saja kita sudah menyangka diri kita ikhlash, pada saat yang samaberarti kita merasa ujub dengan diri kita. Saat kita merasa diri kita ini sudahmurni karena Allah, saat itu pula setan membisiki bahwa diri ini sudah suci.Maka tidak jarang ikhlash dan riya ini saling bercampur silih berganti.
Maka terkadang setan pun mencari jalan yang lain, yaituagar kita menahan diri dan urung beramal karena khawatir tidak ikhalsh. Atausetan  membisiki agar kita tidak usahberdakwah karena khawatir nanti riya’. Maka apa yang sesungguhnya dimintaadalah kita tetap beramal walaupun harus riya. Dan ketika kita sedang beramal,disitulah saatnya kita diminta untuk ikhlash. Bukankah tak ada urusan ikhlashdan tidak ikhlash kalau kita sama sekali tidak beramal?
Ibnu Rajab Al-Hambali berkata : “ketahuilah bahwa amalkarena selain Allah bisa dibagi menjadi beberapa macam, kadang karena riya’semata, tidak dimaksudkan kecuali untuk pamer pada manusia, yang ini jelastidak diterima amalnya. Namun ada juga niat karena Allah namun bercampur denganniat lainnya
Dari Ibnu Abbas r.a. berkata ada seseorang berkata : Wahai Rasulullah sesungguhnyaaku melakukan sesuatu karena aku menghendaki keridhaan Allah dan juga agarkampungku dikenal”. Maka Rasulullah tidak menanggapi hingga turun ayat “Barang siapa menghendaki perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah iamengerjakan amal shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalamberibadah kepada Rabbnya (Q.S. Al-Kahfi [18] : 110) (H.R.Al-Hakim)
Maka inilah pendapat Ubadah bin Shamit, Abu Darbda AlHasan, Sa’ib bin Al Musayyab dll bahwa jika amal itu bercampur dengan tujuanlain maka akan gugurlah pahala amal itu.
Rasulullah S.A.W. bersabda : Allahtidak menerima amal sekalipun di dalamnya ada riya’ seberat biji s.a.w.it(H.R. Abu Na’im)
Dari Abu Hurairah r.a. seorang laki-laki bertanya padaRasulullah S.A.W. : “Wahai Rasulullah, ada seoranglaki-laki berjihad karena mencari sebagian harta dunia..” Maka RasulullahS.A.W. menjawab : “Tak ada pahala baginya” (H.R. Abu Daud)
Dari Abu Umamah r.a. ada seorang lelaki bertanya padaRasulullah S.A.W.: “Apa pendapatmu tentangseorang laki-laki yang berperang karena hendak mendapatkan ketenaran apa yangdia peroleh?” Beliau S.A.W. menjawab : “dia tidak memperoleh apa-apa”. Orangitu mengulangi pertanyaannya sampai 3X dan beliau tetap menjawab : “Dia tidakmemperoleh apa-apa”. (H.R. Nasa’i)
Dari Abdullah bin Amr dari Nabi S.A.W. bersabda : Sesungguhnya apabila orang-orang berperang itumemperoleh ghonimah (harta rampasan) maka mereka mendapatkan dua pertigabalasan (di dunia) dan jika tidak memperoleh ghonimah, maka balasannya menjadiutuh di akhirat (H.R. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Nasa’I dan IbnuMajah)

Bagaimana Jika Riya Berupa Lintasan Pikiran Saja?
Jika di tengah pelaksanaan amal tiba-tiba terlintaspikiran niat selain dari Allah maka ada beberapa pendapat :
Imam Ahmad, Ibnu Jarir Ath-Thaobari, dan Hasan Al-Bashriberpendapat bahwa amalnya tidak gugur dan niatnya kembali pada niatnya yangawal.  Imam Ahmad berkata : “orang yang mendapatkan upah karenaketerlibatannya dalam jihad, jika dia keluar berperang tidak hanya untukmendapatkan uang, maka bolehlah ia mengambil upah itu dan niatnya seakan samadengan yang berperagn karena agama.
Abdullah bin Amr menegaskan : “Jika salah seorang di antara kalian sudahberbulat tekad untuk berperang lalu Allah menggantinya dengan rezeki maka halitu tidak mengapa. Namun jika salah seorang di anatara kalian mau berperanghanya jika setelah diberi uang dan jika tidak diberi uang tidak mau berperangmaka tak ada pahala untuk amalnya”
Atha Al-Khurasani berkata : jikaseseorang melakukan amal karena Allah, lalu Allah memasukkan pujian ke dalamhati orang mukmin karena amalnya itu, lalu ia pun gembira karena karunia danrahmat Allah ini maka hal ini termasuk pahala yang didahulukan di dunia.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa perbedaan pendapat ini karenasuatu amal yang permulaanya terkait dengan kesudahannya, seperti sholat, puasa,haji, maka untuk niat itu berdasarkan awalnya. Sedangkan untuk amal yangpermulaan dan kesudahannya tidak terkait seperti membaca Al-Qur’an, dizikir,menyebarkan ilmu dll, maka amal itu bisa terputus karena lintasan riya’ dandiperlukan niat baru untuk meluruskannya.
Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berkata : Ketahuilah jikasuatu amal tidak ikhlash karena Allah semata melainkan bercampur dengan nodariya atau pertimbangan pribadi, maka orang berpeda pendapat apakah akanmemperoleh pahala atau siksa, ataukah ia tidak dihukumi sama sekali tidakmendapat pahala dan juga tidak mendapat siksa.
Maka yang bisa saya katakan tentang masalah ini sedangkanpengetahuan tentangnya hanya ada di sisi Allah bisa dilihat berdasarkan kadarniatnya. Jika niat karena agama sejajar dengan niat pribadi, maka amal itutidak mendatangkan pahala juga tidak dosa. Jika niat riya lebih dominan danlebih kuat maka amal itu tidak bermanfaat bahkan bisa mendatangkan siksa. Namunsiksa ini lebih ringan daripada amal yagn semata karena riya tanpa dicampurimaksud taqorub pada Allah. Jika tujuan taqorub pada Allah lebih dominandaripada niat lainnya maka pahalanya sebesar bagian niatnya pada Allah.
Ada juga yang berpendapat berdasarkan Q.S. Al-Zalzalah :7-8 dimana kebaikan sebesar dzarahpun akan mendapat balasan, maka jika niatriya lebih dominan maka bagian amal yang dikotori oleh riya itu akan gugur dandia tetap mendapat pahala sesuai dengan sisa bagian yang diniatkan karenaAllah.
Hal ini dikuatkan dengan ijma ulama bahwa orang yangberhaji sambil berniaga, hajinya tetap sah dan mendapat pahala. Padahal hajinyabercampur dengan tujuan berdagang. Dalam kondisi ini dia tetap bisa disebutorang yang mukhlish. Dia tidak disebut mukhlish jika 100% niatnya hanya untukberdagang. Pendapat ini dikuatkan Mujahid yang berkata tentang hajinya pedagangonta bahwa hajinya tetap sempurna.

Bagaimana Jika Mengurungkan Beramal Karena takut Riya’ ?
DR Yusuf Qardhawi berkata : “Tidak boleh meninggalkanamal karena takut riya, hal ini merupakan bisikan setan. Karena yang dimintaadalah jangan sampai kehilangan ikhlash. Jika ia tidak beramal maka memang iatidak riya namun di saat yang sama ia juga kehilangan ikhlash, karena tidakmungkin ikhlash itu tanpa amal” (Fit Thariq Ilallah An-Niyah wal Ikhlash Hal94)
Fudhail bin Iyadh berkata : “tidakmau beramal karena khawatir orang lain adalah riya juga,  dan beramalkarena orang lain adalah syirik, maka ikhlash adalah apabila Allahmenyelamatkan kamu dari keduanya
Abu Sa’id Al-Kharraz berkata : “Jangan begitu, perkara ikhlash tidakmenghalangi perbuatan. Tekunlah dalam bekerja dan berusahalah mendapatkanikhlash. Saya tidak pernah mengatakan engkau tidak perlu bekerja, namun yangsaya katakan iklashlah dalam bekerja”.
Seseorang memang diminta beramal sholehsebanyak-banyaknya dengan semata dengan tujuan menggapai ridhol Allah makaitulah ikhlash.. amal yang ikhlash lah yang mendapat ganjaran pahala.. danpahala ini akan menjadi jalan menuju surga.. Namun…seseorang dilarang untuksemata mengandalkan amal-amalnya.. krn kita tak pernah tahu kualitas amalkita.. termasuk sejauh mana kita ikhlash dlm beramal.. jangan2 amalnya tidakikhlash.. jangan2..amalnya terkotori oleh niat2 lain
maka di sini setelah beramal kita diminta utk berharappada rahmat Allah, karena sesungguhnya pada akhirnya ini semua terserah Allah.Bisa jadi kita banyak dosa tapi entah bagaimana Allah merahmati diri kita..sedangkan bisa jadi kita banyak amal tapi tanpa kita sadari ternyata terkotorioleh riya’ .. maka ujung2nya kita hanya bermohon pada rahmat Allah karenainilah yg bisa kita persembahkan. Inilah yg dimaksud dengan hadits  diatas
Amal seseorang tidak dapat menyelamatkannya. Seorangsahabat lantas bertanya tentang sabda tersebut, “Termasuk engkau juga, yaRasulullah?” Rasulullah lalu menjawab, “Ya, aku juga, kecuali dikarunia Allahdengan rahmat-Nya. Walaupun demikian kamu harus berbuat yang benar (baik).”(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan perumpamaan orang-orangyang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhanjiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiramoleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jikahujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yangkamu perbuat (Q.S. Al-baqarah [2] : 265)
Sedangkan orang yang tidak ikhlash dalam beramaldiibaratkan dengan orang yang terbakar kebunnya sementara ia meninggalkananak-anak yang masih kecil-kecil
Apakah ada salah seorang diantaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnyasungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudiandatanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masihkecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, laluterbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supayakamu memikirkannya (Q.S. Al-Baqarah [2] : 266)
Orang yang tidak ikhlas atau riya juga diumpamakan dengantanah di atas batu yang terhapus karena diguyur air hujan
Hai orang-orang yang beriman,janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya danmenyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanyakarena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan harikemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya adatanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidakbertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; danAllah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (Q.S.Al-Baqarah [2] : 264)
Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar